Fiksi
1.
Identitas
Karya
Judul : Bekisar Merah
Pengarang : Ahmad Tohari
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Jakarta
Tahun terbit : 2005
Cetakan : Cetakan ke 5
Jumlah halaman : 312 halaman
Sinopsis
Novel ini menceritakan
seorang gadis bernama Lasi yang tinggal di Desa Karangsoga. Ia anak keturunan
Jepang dan Pribumi. Ayahnya orang Jepang dan ibunya orang Indonesia. Ibu Lasi
adalah seorang janda, ayah Lasi meninggal saat Lasi masih dalam kandungan.
Sejak kecil Lasi selalu dinakali oleh teman sebayanya karena dia mempunyai
wajah yang lain daripada wajah anak-anak karangsoga. Ibu Lasi dulu pernah
diperkosa orang Jepang, yaitu Ayah Lasi. Gosib bahwa ibu Lasi diperkosa itu
masih menjadi gunjingan warga sekitar sampai saat ini, padahal Lasi lahir setelah
tiga tahun pernikahan kedua orang
tuanya. Banyak teman Lasi yang selalu mengejeknya, Lasi sangat benci dengan
orang karasoga yang selalu mengejeknya. Lasi kecil mempunyai teman yang baik,
namanya Kanjat anak tengkulak gula di Desa Karangsoga. Kanjat tidak banyak
omong, kadang ketika ada teman laki-laki mengejek Lasi, Kanjat ingin membela
Lasi, tapi Kanjat tidak bisa membantu karena tubuhnya yang kecil. Kanjat
sedikit lebih muda dari Lasi, selisih dua tahun.
Ketika Ibu Lasi menikah
dengan Wiryaji. Suatu ketika Wiryaji sakit dan ia digantikan oleh Darsa untuk
mengantarkan pongkor, ia keponakan Wiryaji. Ketika Darsa membawa pongkor untuk
diserahkan ke Lasi, ia selalu menyelipkan buah-buahan diantara pongkor
tersebut. Ia menaruh hati pada Lasi, Ibu Lasi sebenarnya sudah mengetahui hal
tersebut sejak lama. Ada niat ibu Lasi menjodohkan Lasi dengan Darsa. Akhirnya
mereka menikah, rumah tangga mereka rukun dan harmonis.
Hingga suatu ketika, Darsa jatuh dari pohon
kelapa dan Mukri yang kebetulan sedang menyadap di dekat Darsa segera menolong
Darsa dan membawanya pulang. Lasi menangis ketika mengetahui suaminya terkapar,
para tetangga mulai berdatangan dan Eyang Mus pun datang. Eyang Mus adalah
sesepuh desa. Eyang Mus menyarankan agar Darsa di bawa ke rumah sakit. Tetapi
pada waktu itu, mereka tidak punya uang, Eyang Mus menyarankan agar meminjam
uang kepada Pak Tir. Setelah mendapatkan uang pinjaman, mereka membawa Darsa ke
poliklinik. Seminggu Darsa dirawat, tetapi ia masih suka ngompol karena
terjatuh dari pohon kelapa. Dokter
menyarankan agar Darsa dibawa ke rumah sakit yang lebih besar. Karena tidak
memiliki biaya lagi, mereka memutuskan agar Darsa dibawa pulang kerumah. Lasi
yang setia selalu melayani Darsa dengan baik, tetapi Darsa merasa tidak pantas
lagi menjadi suami Lasi karena dia kini tidak bisa menjalankan kewajibannya
sebagai suami. Setiap hari Darsa marah-marah tanpa sebab yang jelas pada Lasi,
dia berharap dengan sikapnya itu Lasi akan meninggalkannya. Hingga akhirnya
Darsa ditangani oleh seorang tukang urut bernama Bunek. Banyak orang bilang
pijatannya terbukti bisa menyembuhkan beberapa penyakit.
Setelah beberapa lama
dirawat oleh bunek Darsa mulai mengalami perubahan, karena Darsa sudah dapat
berjalan sendiri maka Bunek meminta agar Darsa yang pergi ke rumah Bunek.
Sesekali Lasi mengantar, kadang Darsa pergi sendiri. Hanya Bunek yang tahu jika
Darsa telah sembuh dari impotennya, hal ini dimanfaatkan oleh Bunek, ia memiliki
anak gadis yang bernama Sipah. Sipah belum memiliki suami, mungkin karena
kakinya pincang. Sipah didesak oleh Bunek untuk mengobati Darsa yang sedang
sakit. Maka Darsa dan Sipah pun melakukan hubungan suami istri atas desakan
Bunek. Beberapa waktu kemudian Sipah meminta Darsa untuk mengawininya karena
Sipah mengandung anak Darsa. Mengetahui hal tersebut Lasi marah. Lalu ia
minggat, ia ikut bersama Pardi dan Sapon naik truk yang hendak pergi membawa
gula kelapa ke Jakarta.
Diperjalanan Lasi
tertidur, karena ia letih. Saat pagi hari Lasi mulai terbangun. Ia tak tau
sedang berada dimana saat itu. Tiba-tiba Sapon muncul dari pinggir pintu dan
membukakan pintu. Sapon menjelaskan bahwa mereka sudah sampai di Jakarta. Lasi
dititipkan kepada Bu Koneng pemilik warung yang mereka singgahi, karena Pardi
dan Sapon akan bongkar muat barang di gudang. Setelah berbagai perundingan
akhirnya Lasi tetap tinggal di warung Bu Koneng sementara Pardi dan Sapon
pulang ke karangsoga. Suatu ketika datanglah Bu Lanting, ia melihat Lasi dan
tertarik menginginkannya. Setelah berunding dengan Bu Koneng, terjadilah
kesepakatan.
Lasi diangkat sebagai
anak oleh Bu Lanting. Di rumah Bu Lanting yang megah, Lasi diajari bagaimana
dia menjadi gadis Jakarta dan melupakan Darsa serta derajatnya sebagai anak
kampung. Bu Lanting menjadikan Lasi sebagai anak emasnya, dia menyulap Lasi
menjadi bekisar yang cantik, bukan lagi sebagai gadis kampung.
Bu Lanting hendak
menjual Lasi ke Pak Handarbeni, seorang laki-laki tua kaya raya yang telah mepunyai
beberapa istri dan tergila-gila dengan gadis keturunan jepang seperti Lasi.
Lasi dianggap bekisar yang belum jinak oleh mereka, oleh Bu Lanting Lasi di
suruh memakai kimono berwarna merah. Lalu Lasi difoto, hasilnya sangat menawan.
Pak Han pun tertarik, akhirnya setelah berbagai upaya dan usaha panjang Lasi
dan Pak Han pun menikah dan Lasi diberi hadiah berupa rumah mewah di Slipi.
Suatu hari dia meminta
izin pada Pak Han untuk menengok kampung yang sudah lama ia tinggalkan. Saat
sampai di Karangsoga, orang-orang yang dulu mengejek Lasi kini berubah
menghormati dan segan pada Lasi yang datang dengan dandanan seperti seorang
ratu, cantik dan kaya. Lasi datang dengan mobil dan diantar supir. Sampai di
karangsoga, Ia memperbaiki rumahnya. Ia juga bertemu kembali bertemu Kanjat, benih-benih
cinta pada kanjat yang sempat tersimpan kembali bersemi, Kanjat yang sedang
melakukan penelitian di Karangsoga juga merasakan hal yang sama. Tetapi banyak
permasalahan yang akan dihadapi mereka baik tentang hubungan mereka ataupun
mengenai para penyadap. Lasi juga bertemu dengan Darsa dan istrinya, Sipah,
mereka telah memiliki satu orang anak. Di akhir cerita Lasi dan Kanjat berjalan
bersama setelah menyaksikan penebangan pohon kelapa milik para penyadap.
Analisis
·
Tokoh
1. Lasi
2. Darsa
3. Kanjat
4. Mbok
Wiryaji
5. Eyang
Mus
6. Bu
Koneng
7. Bu
lanting
8. Pak
Handarbeni
9. Pardi
10. Bunek
11. Sipah
12. Sapon
13. Pak
Tir
·
Alur : alur dalam novel ini adalah alur
maju
·
Latar
:
-
Latar Tempat
Desa Karangsoga, warung
Bu Koneng, Rumah Bu lanting, Rumah Pak Handarbeni di Slipi.
-
Latar Waktu
Novel
ini terjadi saat Lasi mulai menikah dengan Darsa hingga dia menikah dengan Pak
Handarbeni dan kembali ke kampungnya.
-
Latar Sosial
Latar sosial di Desa
Karangsoga: warga karangsoga hampir seluruhnya bermatapencaharian sebagai
pembuat gula jawa. Mereka hidup miskin karena hanya mengandalkan hasil dari
membuat gula jawa.
Latar sosial di Jakarta
(warung Bu Koneng, rumah Bu Lanting, rumah Pak Handarbeni) : warung Bu Koneng adalah warung persinggahan
para sopir dan kernet yang juga menyediakan wanita penghibur bagi para
pengunjung yang kebanyakan sopir barang seperti Pardi dan Sapon. Rumah Bu
Lanting: Bu Lanting adalah seorang yang suka mencari berbagai barang antik,
termasuk wanita, pesanan para pejabat atau orang kaya seperti Pak Handarbeni.
Rumah Pak Handarbeni: Pak Handarbeni adalah seorang tua kaya raya dan telah memiliki
beberapa istri, tetapi dia tergila-gila pada gadis keturunan jepang. Saat Bu
Lanting menunjukkan Lasi, dia tergila-gila pada Lasi yang juga keturunan
Jepang.
2. Identitas Karya
Judul : Orang-Orang Proyek
Pengarang : Ahmad Tohari
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Jakarta
Tahun terbit :2007
Cetakan : cetakan ke 1
Jumlah halaman : 224 halaman
Sinopsis
Kabul adalah insinyur muda yang
punya idealisme tinggi namun prinsipnya terbentur kenyataan proyek jembatan
yang sedang dalam pengerjaannya digerogoti dari segala penjuru oleh para
tikus-tikus kantor. Proyek pembangunan jembatan di desa terpencil benar-benar
menjadi ajang pamer bagi partai penguasa tanpa mengindahkan ilmu kontruksi
bangunan. Jembatan harus selesai jadi, ketika HUT partai penguasa. Padahal
acara tersebut hanya tinggal beberapa bulan lagi, pengerjaan jembatan yang
terburu-buru tentu akan berpengaruh pada kwalitas jembatan. Pembangunan jembatan tersebut bukan proyek
biasa, sebab mengandung unsur politis. Jembatan itu merupakan pesanan
pemerintah sekaligus golongan penguasa yang didanai luar negeri. Pembangunan itu semata-mata karena desa
tersebut akan dijadikan tempat perayaan ulang tahun golongan penguasa GLM
(Golongan Lestari Menang). Jembatan dibangun hanya dengan bahan-bahan kualitas
rendah dan juga tuntutan waktu, itu artinya kontuksi jembatan harus dibuat
walaupun dalam musim penghujan. Padahal pembangunan yang demikian sangat beresiko terhadap kekuatan jembatan.
Dalam pelaksanaan proyek Kabul
begitu getir melihat penyelewengan- penyelewengan yang terjadi, seperti
penggelapan bahan bangunan, pembangunan di bawah standar operasional dan juga adanya pemotongan uang
proyek yang dilakukan orang-orang pemerintah.
Dia dipaksa bergelut dengan kenyataan masyarakat yang korup dan curang.
Sementara idealismenya masih terpatri di dalam hatinya.
Di tengah kebimbangan hatinya
memikirkan proyek jembatan ini, dia juga bimbang akan hubungannya dengan Wati.
Wati adalah sekertarisnya di proyek jembatan itu. Dia tau Wati menaruh hati
padanya, Mak sumeh, pemilik warung di lokasi proyek, sering bercerita padanya
tentang Wati. Tetapi di lain pihak, Wati sudah mempunyai pacar yang kuliah di
jogjakarta.
Suatu hari Kabul mempunyai
permintaan terhadap bosnya yang bernama Dalkijo, Kabul meminta agar pemasangan
lantai jembatan harus menggunakan besi baru, bukan besi bekas seperti yang
diutarakan Dalkijo beberapa waktu sebelumnya, pasir yang bermutu dan juga
meminta penyelesaian proyek ini tidak dipaksa bersamaan dengan pelaksanaan HUT
GLM, tuntutan itu adalah harga pasti. Kalau permintaan tersebut tidak dituruti
Kabul akan mengundurkan diri dari proyek itu. Namun Dalkijo menolak semua
permintaan Kabul. Akhirnya Kabul menyerah dan memilih mengundurkan diri.
Meskipun sang Bos merayu dan akhirnya mengancam, namun Kabul tetap pada
pendiriannya. Kabul tidak ingin membohongi rakyat, karena ia orang yang jujur dan
memegang teguh idealismenya, ia tidak mau terjun ke dalam proyek yang haram
penuh dengan korupsi. Kabul lebih memilih tidak menyelesaikan sisa proyek yang
sudah digerogoti para koruptor itu.
Pilihan Kabul untuk mengundurkan diri dari proyek itu harus disertai dengan
perpisahannya dengan orang yang dia sayangi yaitu Wati. Setelah Kabul keluar
dari proyek itu hidupnya menjadi kurang jelas dan mengambang, namun ia
menemukan keteduhan yang akan menenangkan hatinya,yaitu Biyungnya.
Saat peresmian jembatan, Kabul hadir
secara diam-diam juga diikuti oleh para pekerja yang setia kepada Kabul.
Kendaraan beriringan melewati jembatan sebagai ajang HUT partai penguasa atau GLM. Melihat kejadian itu Kabul nyaris
tidak bernafas, ketika iring-iringan semakin panjang karena Kabul yakin
kekuatan jembatan belum saatnya untuk
digunakan, tapi kenyataanya dipaksakan.
Saat Kabul dan Wati, yang sudah
menjadi istrinya, berkunjung ke Jembatan itu setahun kemudian, jembatan yang
terlihat kokoh itu lantainya sudah jebol dan banyak kerusakan lainnya meski
umurnya baru satu tahun.
Analisis
·
Tokoh :
1. Kabul
2. Wati
3. Dalkijo
4. Pak
Tarya
5. Basar
6. Mak Sumeh
7. Tante
Ana
8. Dalkijo
9. Kang
Martasatang
10. Wircumplung
11. Baldun
12. Aminah
13. Biyung
14. Yos
·
Alur : alur di novel ini adalah alur
maju.
·
Latar
-
Latar tempat
Sungai, warung mak
sumeh, rumah pak tarya, rumah wati, kantor proyek
-
Latar waktu
Malam hari, pagi hari,
siang hari, sore hari, malam minggu
-
Latar sosial
Novel ini megangkat masalah di mana nilai-nilai sosial
tidak ada lagi dilubuk hati para pejabat maupun di masyarakat awam, mereka
sama-sama serakah tidak memikirkan keadaan rakyatnya berada dalam kondisi yang
memprihatinkan juga.
3. Identitas Karya
Judul : Gadis Pantai
Pengarang : Pramoedya Ananta Toer
Penerbit : Lentera Dipantara
Tahun terbit : 2009
Cetakan : cetakan ke 5
Jumlah halaman : 272 halaman
Sinopsis
Cerita ini berawal dari pernikahan gadis pantai dengan
Bendoro. Pernikahan tersebut diwakili dengan sebilah keris. Setelah pernikahan tersebut,
gadis pantai diserahkan ke kota diantar oleh rombongan dari kampung nelayan.
Gadis pantai merasa sedih dengan pernikahan tersebut, dia merasa kesepian di
lingkungan barunya. Kemudian dia berkenalan dengan seorang pembantu tua yang
melayani seluruh kebutuhannya. Setelah beberapa minggu akhirnya Gadis pantai
bertemu dengan bendoro di kamarnya.
Kehidupannya yang serba kecukupan sekarang bukan membuatnya
senang tetapi dia justru gelisah, apalagi setelah bapak dan emaknya kembali ke
kampung nelayan. Tetapi lama kelamaan, gadis pantai terbiasa dengan keadaan
itu. Bendoro jarang menemuinya membuatnya gelisah dan janggal dengan
pernikahannya. Gadis pantai yang mulai mencintai bendoro merasa cemburu saat
bendoro lama tak menemuinya. Dalam kesepiannya itu, mbok pembantu tua selalu
ada disampingnya. Menghibur dengan cerita dongeng yang belum pernah
didengarnya.
Suatu hari gadis pantai kehilangan uang belanjanya,
kemudian bendoro memanggil semua keponakan yang tinggal di sana karena mereka
yang dicurigai mencuri. Tetapi karena mbok berusaha melindungi gadis pantai dan
tanpa sadar melawan bendoro, dia kemudian diusir oleh bendoro. Setelah
kepergian mbok, gadis pantai kembali merasa kesepian.
Untuk menggantikan peran mbok, datang seorang bujang atau
pembantu baru bernama Mardinah. Gadis pantai tidak menyukai perangai mardinah
yang tidak mengahargainya sebagai wanita utama. Gadis pantai mencurigai
mardinah bukan pembantu sembarangan. Ternyata dugaannya benar, mardinah adalah
mata-mata dari demak yang masih kerabat bendoro.
Saat gadis pantai ingin menjenguk emak dan bapaknya ke
kampung nelayan, mardinah diutus bendoro untuk menemaninya. Kedatangan gadis
pantai disambut meriah oleh warga kampung, mereka mengagung-agungkan gadis
pantai. Tetapi gadis pantai justru tidak nyaman dengan perlakuan tersebut,
warga sungkan akan kehadirannya, bahkan emak dan bapaknya juga sungkan dengan
anaknya sendiri. Saat gadis pantai di situ terjadi beberapa peristiwa yang
cukup menghebohkan warga. Kedatangan Mak Pin, seorang tukang pijit, yang
ternyata laki-laki anggota bajak laut. Kemudian disusul kedatangan mardinah
dengan beberapa pengawalnya dari kota yang ingin menjemput gadis pantai, namun
ternyata terungkap bahwa mardinah ingin mencelakakan gadis pantai.
Sekembalinya gadis pantai ke kota, ternyata dia hamil. Dan
saat hamil itulah bendoro semakin jarang menemuinya. Hal itu membuat gadis
pantai cemas. Ternyata kecemasannya itu menjadi kenyataan, setelah gadis pantai
melahirkan. Bendoro segera menyuruh gadis pantai meninggalkan rumahnya. Gadis
pantai mau meninggalkan rumahnya dengan syarat ia boleh membawa anaknya. Tetapi
bendoro tidak memperbolehkan hingga terjadilah pertengakaran antara bendoro dan
gadis pantai yang kemudian diusir dengan paksa tanpa membawa anaknya. Cerita
berakhir dengan kepulangan gadis pantai ke kampung nelayan dengan dijemput
bapak, tetapi di tengah perjalanan menuju kampung nelayan, gadis pantai memilih
pergi dan menolak kembali ke kampung karena malu.
Analisis
·
Tokoh
1. Gadis
Pantai
2. Bendoro
3. Bapak
4. Emak
5. Mbok
6. Mardinah
7. Si
dul
8. Agus-agus
kecil
9. Mak
pin
10. Warga
kampung nelayan
·
Alur
alur novel ini adalah
alur maju
·
Latar
-
Latar tempat
kampung nelayan, rumah bendoro
-
Latar waktu
latar waktu di dalam
novel ini banyak terjadi di malam hari. Tetapi ada beberapa peristiwa yang
terjadi di pagi hari, siang hari dan sore hari.
-
Latar sosial
Latar sosial novel ini
mengangkat perilaku para priayi pada zaman dahulu. Novel ini merupakan kritikan
pedas bagi para priyayi waktu itu, maka novel ini sempat dilarang terbit.
4. Identitas Karya
Judul : Layar Terkembang
Pengarang : St. Takdir
Alisyahbana
Penerbit : Balai Pustaka
Tahun terbit : 2005
Cetakan : cetakan ke 37
Jumlah halaman : 166 halaman
Sinopsis
Tuti adalah
putri sulung Raden Wiriatmadja. Dia dikenal sebagai seorang gadis yang pendiam
teguh dan aktif dalam berbagai kegiatan organisasi wanita. Watak Tuti yang
selalu serius dan cenderung pendiam sangat berbeda dengan adiknya Maria. Ia
seorang gadis yang lincah dan periang.
Suatu hari,
keduanya pergi ke pasar ikan. Ketika sedang asyik melihat-lihat akuarium,
mereka bertemu dengan seorang pemuda. Pertemuan itu berlanjut dengan
perkenalan. Pemuda itu bernama Yusuf, seorang Mahasiswa Sekolah Tinggi
Kedokteran di Jakarta. Ayahnya adalah Demang Munaf, tinggap di Martapura,
Sumatra Selatan.
Perkenalan
itu menjadi semakin akrab dengan diantarnya Tuti dan Maria pulang. Bagi Yusuf,
perteman itu ternyata berkesan cukup mendalam. Ia selalu teringat kepada kedua
gadis itu, dan terutama Maria. Kepada gadis lincah inilah perhatian Yusuf lebih
banyak tertumpah. Menurutnya wajah Maria yang cerah dan berseri-seri serta
bibirnya yang selalu tersenyum itu, memancarkan semangat hidup yang dinamis.
Esok harinya,
ketika Yusuf pergi ke sekolah, ia bertemu dengan Tuti dan Maria di depan Hotel
Des Indes. Yusuf kemudian menemani keduanya berjalan-jalan. Mereka
bercakap-cakap mengenai berbagai hal. Sejak itu, pertemuan antara Yusuf dan
Maria berlangsung lebih sering. Sementara itu Tuti dan ayahnya melihat hubungan
kedua remaja itu tampak sudah bukan lagi hubungan persahabatan biasa.
Tuti sendiri
terus disibukan oleh berbagai kegiatannya. Dalam kongres Putri Sedar yang
berlangsung di Jakarta, ia sempat berpidato yang isinya membicarakan emansipasi
wanita. Suatu petunjuk yang memperlihatkan cita-cita Tuti untuk memajukan
kaumnya. Pada masa liburan, Yusuf pulang ke rumah orang tuanya di Martapura.
Sebenarnya ia bermaksud menghabiskan liburannnya di kampungnya, tetapi ia selalu
merindukan Maria. Kemudian datang kartu pos dari Maria yang menceritakan tentang
perjalannya bersama Rukamah, saudara sepupunya yang tinggal di Bandung. Setelah
membaca surat itu, Yusuf memutuskan untuk kembali ke Jakarta, kemudian menyusul
sang kekasih ke Bandung. Setelah mendapat restu ibunya, pemuda itu pun segera
meninggalkan Martapura.
Kedatangan
Yusuf disambut hangat oleh Maria dan Tuti. Maria dan Tuti berjalan-jalan di
Dago, saat itulah Yusuf menyatakan cintanya kepada Maria. Sementara Tuti lebih
banyak menghabiskan waktunya dengan membaca buku. Sebenarnya Tuti juga ingin
merasakan cinta seperti Maria. Pada saat itulah dia ingat pada temannya,
Supomo. Lelaki itu pernah mengirimkan surat cintanya kepada Tuti.
Ketika Maria
mendadak terkena demam malaria, Tuti menjaganya dengan sabar. Saat itulah adik
Supomo datang untuk meminta jawaban Tuti tentang keinginan kakaknya untuk
menjalin cinta dengannya. Sebenarnya Tuti sebenarnya ingin merasakan cinta
kasih seorang, tetapi Supomo bukan lelaki idamannya. Maka segera ia menulis
surat penolakannya.
Sementara
itu, keadaan Maria makin bertambah parah. Kemudian diputuskan untuk membawanya
ke rumah sakit. Menurut keterangan dokter, Maria mengidap penyakit TBC. Dokter
yang merawatnya menyarankan agar Maria dibawa ke rumah sakit TBC di Pacet,
Sindanglaya Jawa Barat. Maria sudah dirawat selama sebulan lebih. Namun
keadaannya tidak juga membaik. Maria mulai merasakan kondisi kesehatan yang
makin lemah. Ia sudah pasrah menerima kenyataan.
Suatu hari
saat Tuti dan Yusuf berlibur ke rumah Ratna dan Saleh di Sindanglaya. Liburan
itu membuat hubungan Yusuf dan Tuti semakin akrab, tetapi kondisi kesehatan
Maria justru semakin mengkhawatirkan. Dokter yang merawatnya sudah tak bisa
berbuat banyak. Maria sempat berpesan kepada Tuti dan Yusuf agar keduanya tetap
bersatu dan menjalin hubungan rumah tangga, setelah mengucapkan pesan itu Maria
menghembuskan napas terakhirnya. “Alangkah bahagianya saya di akhirat nanti,
kalau saya tahu, bahwa kakakku berdua hidup rukun dan berkasih-kasihan seperti
kelihatan kepada saya dalam beberapa hari ini. Inilah permintaan saya yang
penghabisan dan saya, saya tidak rela selama-lamanya kalau kakandaku
masing-masing mencari peruntungan pada orang lain”. Demikianlah pesan terakhir
almarhum Maria. Lalu sesuai dengan pesan tersebut Yusuf dan Tuti akhirnya
menikah karena mereka juga sudah saling mencintai.
Analisis
·
Tokoh
1. Maria
2. Tuti
3. Yusuf
4. Wiriaatmaja
5. Partadiharja
6. Saleh
7. Rukamah
8. Ratna
9. Juru
Rawat
·
Alur: novel ini menggunakan alur maju
·
Latar
-
Latar tempat
Gedung Akuarium di
Pasar Ikan, Rumah Wiriaatmaja, Mertapura di Kalimantan Selatan, Rumah Sakit di
Pacet, Rumah Partadiharja, Gedung Permufakatan.
-
Latar waktu
Waktu dalam novel ini
terjadi saat Maria dan Tuti mulai mengenal Yusuf hingga Maria meninggal
kemudian Tuti menikah dengan Yusuf yang sebelumnya menjadi kekasih maria.
-
Latar sosial
Novel ini mengangkat konflik
tentang percintaan, yaitu cinta segitiga antara Maria, Tuti dan Yusuf.
5. Identitas Karya
Judul : Perahu Kertas
Pengarang : Dee
Penerbit : Bentang Pustaka
Tahun terbit : 2009
Cetakan : cetakan ke 1
Jumlah halaman : 444 halaman
Sinopsis
Kisah ini
dimulai dengan Keenan, seorang remaja pria yang baru lulus SMA, yang selama
enam tahun tinggal di Amsterdam bersama neneknya. Keenan memiliki bakat melukis
yang sangat kuat, ia ingin sekali menjadi pelukis, tapi perjanjiannya dengan
ayahnya memaksa ia meninggalkan Amsterdam dan kembali ke Indonesia untuk
kuliah. Keenan diterima kuliah di Bandung, di Fakultas Ekonomi.
Di sisi lain,
ada Kugy, cewek unik dan eksentrik, yang juga kuliah di universitas yang sama
dengan Keenan. Sejak kecil, Kugy tergila-gila dengan dongeng. Tak hanya koleksi
dan punya taman bacaan, ia juga senang menulis dongeng. Cita-citanya hanya
satu: ingin menjadi juru dongeng. Namun Kugy sadar bahwa penulis dongeng
bukanlah profesi yang meyakinkan dan mudah diterima lingkungan. Tak ingin lepas
dari dunia menulis, Kugy lantas meneruskan studinya di Fakultas Sastra.
Kugy dan
Keenan dipertemukan lewat pasangan Eko dan Noni. Eko adalah sepupu Keenan,
sementara Noni adalah sahabat Kugy sejak kecil. Mereka berempat akhirnya
bersahabat karib. Lambat laun, Kugy dan Keenan, yang memang sudah saling
mengagumi, mulai merasakan sesuatu yang berbeda diantara mereka. Diam-diam,
tanpa pernah berkesempatan untuk mengungkapkan, mereka saling jatuh cinta.
Namun kondisi saat itu serba tidak memungkinkan. Kugy sudah punya kekasih,
cowok mentereng bernama Joshua alias Ojos. Sementara Keenan saat itu
dicomblangkan oleh Noni dan Eko dengan Wanda.
Persahabatan
empat sekawan itu mulai merenggang saat Kenaan mulai dekat dengan Wanda, Kugi
menyadari bahwa dia cemburu melihat kedekatan mereka. Bahkan Akibat kecemburuannya
itu, Kugi dan Nani bertengkar hebat hingga beberapa tahun karena Kugi tidak
datang di ulang tahun Nani yang dilaksanakan
di rumah Wanda. Kugy lantas menenggelamkan dirinya dalam kesibukan baru,
yakni menjadi guru relawan di sekolah darurat bernama Sakola Alit. Di sanalah
ia bertemu dengan Pilik, muridnya yang paling nakal. Pilik dan kawan-kawan
berhasil ia taklukkan dengan cara menuliskan dongeng tentang kisah petualangan
mereka sendiri, yang diberinya judul: Jenderal Pilik dan Pasukan Alit. Kugy menulis
kisah tentang murid-muridnya itu hampir setiap hari dalam sebuah buku tulis,
yang kelak akan ia berikan pada Keenan.
Kedekatan
Keenan dengan Wanda yang awalnya mulus pun mulai berubah saat Kenaan tau Wanda
membohonginya. Dengan hati hancur, Keenan meninggalkan kehidupannya di Bandung dan
juga keluarganya di Jakarta. Ia lalu pergi ke Ubud, tinggal di rumah sahabat
ibunya, Pak Wayan.
Masa-masa
bersama keluarga Pak Wayan, yang semuanya merupakan seniman-seniman sohor di
Bali, mulai mengobati luka hati Keenan pelan-pelan. Sosok yang paling
berpengaruh dalam penyembuhannya adalah Luhde Laksmi, keponakan Pak Wayan.
Keenan mulai bisa melukis lagi. Berbekalkan kisah-kisah Jenderal Pilik dan
Pasukan Alit yang diberikan Kugy padanya, Keenan menciptakan lukisan serial
yang menjadi terkenal dan diburu para kolektor.
Kugy, yang
juga sangat kehilangan sahabat-sahabatnya dan mulai kesepian di Bandung, menata
ulang hidupnya. Ia lulus kuliah secepat mungkin dan langsung bekerja di sebuah
biro iklan di Jakarta sebagai copywriter. Di sana, ia bertemu dengan Remigius,
atasannya sekaligus sahabat abangnya. Pemikiran Kugi yang ajaib dan serba
spontan membuat ia melejit menjadi orang yang diperhitungkan di kantor itu.
Namun Remi
melihat sesuatu yang lain. Ia menyukai Kugy bukan hanya karena ide-idenya, tapi
juga semangat dan kualitas unik yang senantiasa terpancar dari Kugy. Dan
akhirnya Remi harus mengakui bahwa ia mulai jatuh hati. Sebaliknya, ketulusan
Remi juga akhirnya meluluhkan hati Kugy.
Sedangkan
Keenan, karena kondisi kesehatan ayahnya yang memburuk, Keenan terpaksa kembali
ke Jakarta, menjalankan perusahaan keluarganya karena tidak punya pilihan lain.
Pertemuan
antara Kugy dan Keenan terjadi saat Nani dan Eko tunangan. Semuanya dengan
kondisi yang berbeda. Tetapi akhirnya dengan lika-liku yang panjang, Kenaan dan
Kugi bersatu dan menikah.
Analisis
·
Tokoh
1. Kenaan
2. Kugi
3. Eko
4. Nani
5. Wanda
6. Luhde
7. Joshua/
ojos
8. Pak
Wayan
9. Oma
10. Keisha
11. Karel
12. Karin
13. Kevin
14. Jeroen
15. Mama
Kenaan
( Lena )
16. Papa
Kenaan
( Adri )
·
Alur : Novel ini menggunakan alur
campuran
·
Latar
-
Latar tempat
Belanda, Bandung, Jakarta, Bali
-
Latar waktu
Terjadi saat Kenaan
mulai tinggal kembali di Jakarta hingga Kenaan dan Kugi menikah, yaitu antara
tahun 1999 hingga tahun 2003
-
Latar sosial
novel ini mempunyai setting sosial
dikalangan anak muda, sehingga konflikyang diangkat juga tidak jauh-jauh dari
dunia anak muda, yaitu cinta dan persahabatan.
6. Identitas Karya
Judul : Salah Asuhan
Pengarang : Abdul Muis
Penerbit : Balai Pustaka
Tahun terbit : 2009
Cetakan : cetakan ke 39
Jumlah halaman :273 halaman
Sinopsis
Hanafi adalah
seorang amak pribumi yang berasal dari Solok. Ibu hanafi adalah seorang janda,
yang suaminya sudah meninggal sejak hanafi masih kecil. Meskipun sudah
menjanda, ibunya berkeinginan untuk menyekolahkan anaknya setinggi mungkin.
Ibunya mengirim Hanafi ke Betawi untuk bersekolah di HBS. Ibunya selalu
berusaha keras untuk selalu memenuhi segala biaya Hanafi. Selama bersekolah di Betawi,
Hanafi dititipkan di keluarga Belanda. Sehingga pergaulan Hanafi tidak lepas
dari orang-orang Belanda. Setelah lulus sekolah di HBS, pergaulannya juga tidak
lepas dari orang-orang Eropa, karena ia bekerja di Kantor BB sebagai asisten
residen di Solok. Meskipun Hanafi seorang pribumi asli, tingkah laku serta gaya
hidupnya sudah berubah menjadi kebarat-baratan. Bahkan terkadang tingkah
lakunya melebihi orang Belanda asli.
Selama ia
bergaul dengan orang-orang eropa dan setiap hari bersekolah di HBS, Hanafi
dekat dengan gadis eropa yang bernama Corrie. Dalam kesehariannya Hanafi dan
Corrie sangat dekat, hubungan keduanya seperti kakak dengan adiknya. Mereka
sering jalan-jalan berdua, main tenis bahkan duduk-duduk sambil menikmati
segelas teh berdua. Karena hubungan mereka sangat
dekat, Hanafi menganggap hubungannya dengan Corie lebih dari hubungan
pertemanan. Hanafi sayang kepada Corrie, namun perasaan itu bukan sekedar hanya
rasa sayang seorang kakak kepada adiknya, melainkan rasa sayang sebagai pacar.
Setiap hari Hanafi selalu bertemu dengan Corrie meskipun hanya sebentar saja.
Sikap Corrie kepada Hanafi juga masih nampak seperti biasanya. Hingga akhirnya
Hanafi memberanikan diri untuk mengungkapkan isi hatinya kepada Corrie. Namun
ketika Hanafi mengungkapkan isi hatinya, Corrie tidak langsung memberi jawaban
kepada Hanafi, melainkan segera berpamitan pulang dengan alasan yang tidak
jelas. Keesokan harinya, Corrie pergi meninggalkan Solok menuju Betawi. Maka
dikirimkan surat kepada Hanafi, yang isinya penolakan secara halus mengenai
pernyataan Hanafi pada tempo hari. Corrie merasa tidak mungkin menerima Hanafi,
karena perbedaan budaya antara bangsa melayu dengan bangsa eropa. Selain itu
Corrie juga ditentang oleh ayahnya jika menikah dengan orang melayu. Karena
penolakan tersebut, Hanafi jatuh sakit selama beberapa hari. Ibunya menasihati
dan membujuk Hanafi agar menikah dengan Rapiah, yaitu anak mamaknya. Karena
pada saat Hanafi bersekolah di HBS, mamaknyalah yang mencukupi kebutuhan
Hanafi. Mendengar bujukan Ibunya, Hanafi marah, karena Hanafi tidak mengetahui
siapa Rapiah. Hanafi hanya suka kepada Corrie, tetapi Corrie telah menolak
cintanya. Ibu Hanafi menjelaskan bahwa Rapiah adalah anak mamak, Sultan Batuah.
Perjodohan itu dikarenakan Ibu Hanafi berhutang budi kepada Sultan Batuah.
Setelah mendapat bujukan dari Ibunya, akhirnya Hanafi menerima perjodohan itu,
meskipun dengan sangat terpaksa. Dua tahun sudah usia pernikahan Hanafi dan
Rupiah, dan mereka dikaruniai seorang anak laki-laki yang bernama Syafei.
Pernikahan yang tidak didasari dengan rasa cinta itu membuat rumah tangga
mereka tidak pernah tentram. Setiap hari Hanafi selalu memaki-maki ibu dan istrinya
karena hal yang sepele. Namun Rapiah hanya diam dan tidak pernah melawan semua
perlakuan suaminya.
Hal itulah yang
membuat Ibu Hanafi kagum kepada Rapiah, hingga suatu hari Hanafi marah kepada
Ibunya. Dengan tidak sengaja Ibunya menyumpahi Hanafi. Tiba-tiba anjing gila
mengigit pergelangan Hanafi hingga Hanafi harus berobat ke Betawi. Sampai di
Betawi Hanafi bertabrakan dengan seorang gadis eropa, yang tidak lain adalah
Corrie. Dengan amat senang mereka berdua menghabiskan waktu untuk
berjalan-jalan berdua menggunakan sepeda angin. Sudah satu minggu Hanafi
meninggalkan Solok, setelah itu Hanafi mencari kerja di Kantor BB sebagai
commies. Meskipun gaji awal cukup kecil, namun hanafi sangat senang. Karena dia
dapat bertemu dengan Corrie setiap hari. Hanafi berusaha keras untuk
mendapatkan Corrie, hingga hanafi rela berubah kewarganegaraan menjadi Eropa. Setelah
itu, Hanafi memohon kepada Corrie untuk menerima ajakan pertunangannya. Karena
rasa ibanya kepada Hanafi, Corrie terpaksa menermanya. Meskipun Corrie harus
menerima resiko, yaitu dijauhi oleh teman-teman eropanya. Pesta pertunangan
mereka dilakukan dikediaman rumah teman Belandanya, namun tuan rumah nampak
tidak begitu suka dengan pertunangan itu. Karena dia tidak suka bergaul dengan
orang Belanda berkulit sawo matang. Meskipun Rapiah dan Ibunya tahu jika Hanafi
akan menikah dengan Corrie, namun Rapiah tetap menunggu kedatangan Hanafi. Ibu
Hanafi sangat sayang kepada Rapiah, bahkan sayangnya melebihi rasa sayangnya
kepada Hanafi. Hanafi dan Corrie sudah menjadi suami istri, maka tinggalah
mereka dalam satu rumah. Namun seiring berjalannya waktu, rumah tangga Hanafi
dan Corrie sudah tidak tentram lagi. Karena sifat Hanafi yang keterlaluan,
Hanafi menuduh Corrie berzina dengan orang lain. Karena kondisi kehidupannya
tidak jelas, Bangsa Eropa maupun Bangsa Melayu sudah tidak mau mengakui Hanafi,
karena keangkuhan dan kesombongannya.
Akhirnya Corrie
pergi ke Semarang untuk menghindari Hanafi. Namun pada suatu hari, Hanafi
menerima surat yang memberi tahukan bahwa Corrie berada di Semarang. Setelah
beberapa hari, Hanafi nekat pergi ke Semarang untuk mencari Corrie dirumah
seorang pengusaha anak-anak yatim. Namun sampai disana justru berita buruk yang
diterima oleh Hanafi. Bahwa Corrie masuk rumah sakit karena sakit keras, yaitu
kolera. Hingga akhirnya nyawa Corrie ridak dapat ditolong lagi. Setelah
kepergian Corrie, Hanafi pulang ke Solok untuk menemui Ibunya. Setelah beberapa
hari Hanafi sampai di Solok, ia jatuh sakit karena menelan 6 butir sublimat,
yang menyebabkan Hanafi terus muntah darah dan akhirnya meninggal dunia.
Analisis
·
Tokoh
1. Hanafi
2. Corrie
3. Ibu
Hanafi
4. Rapiah
5. Sutan
Batuah
6. Ayah
Corrie
·
Alur : novel ini menggunakan alur maju
·
Latar
-
Latar tempat
Solok, Betawi, Semarang
-
Latar waktu
Terjadi saat Hanafi
mulai mencintai Corrie hingga dia meninggal dunia.
-
Latar sosial
novel ini bercerita tentang kehidupan
masyarakat melayu di solok sumatra yang masih kental akan adat seperti adat
tentang aturan dalam pernikahan. Novel ini juga mengungkapkan kehidupan antara
Kaum Pribumi dan Kaum Belanda.
7. Identitas Karya
Judul : Salah Pilih
Pengarang : Nur Sutan Iskandar
Penerbit : Balai pustaka
Tahun terbit : 1986
Cetakan : cetakan ke 11
Jumlah halaman : 231 halaman
Sinopsis
Keluarga Ibu Mariati mengambil anak
angkat bernama Asnah, yang mempunyai sifat yang baik sehingga ibu angkatnya
sangat sayang kepadanya dan menganggapnya sebagai anaknya sendiri. Asnah adalah
gadis cantik putra ST. penghulu yang tidak mematuhi adab negeri karena di
negerinya seorang lelaki berkedudukan harus menikah lebih dari satu, tetapi St.
Penghulu tidak melakukannya, akibatnya St. penghulu dikeluarkan dari
keluarganya dan modal dari pihak St. Penghulu diambil kembali, sehingga St.
Penghulu kehilangan penghasilan. Akhirnya St. penghulu meninggal dunia, disusul
ibu Asnah yang meninggal karena sakit dada.
Asri adalah putra kandung Ibu
Mariati yang berbudi tinggi juga berpendidikan. Asri anak yang pandai dan
rajin. Mengingat Asri tidak mempunyai adik, maka kehadiran Asnah sangat
menghibur dan merupakan teman sekaligus sahabat dalam berbagai cerita. Asnah
bagi Asri adalah sahabat yang paling baik.
Asri sering pergi bersama ibunya dan
Asnah. Mereka sering mendatangi “Rumah Berukir” di negeri, rumah kemenakan
Tuanku Laras pension. Di situ ada seorang anak laki-laki dan dua orang
perempuan. Si sulung bernama Rusiah sudah menikah dengan Sutan Sinoro, yang
kedua bernama Kaharuddin dan Asri adalah sahabat dari Kaharuddin, anak yang
bungsu adalah Saniah.
Semua orang di rumah berukir itu
sangat teguh memegang adat istiadat. Rangkayo Saleah adik dari Tuanku Laras
adalah ibu dari ketiga anak tersebut. Semenjak kecil sudah terbiasa disembah
dan dihormati orang. Apalagi setelah menjadi istri Datuk Indomo, seorang penghulu
terpandang dan kaya, dia semakin sombong dan menganggap orang lain rendah di
matanya.
Keluarga besar Asri dan Saniah
berencana menikahkan mereka berdua. Setelah menjadikan Saniah istrinya,
kebahagiaan yang diharapkan Asri ternyata tidak dapat diperolehnya, bahkan
terjadi permasalahan yang baru. Dengan latar belakang yang berbeda diantara
mereka, rumah tangga itu selalu diwarnai pertengkaran hanya karena masalah
sepele, apalagi jika menyangkut soal tata cara bergaul dan derajat sesama
manusia, tidak ada penyelesaian yang
jelas. Saniah adalah orang yang sombong, angkuh, manja, dan mementingkan diri
sendiri dan memandang rendah adat isitiadat orang kampung biasa dan senang bergaya
seperti seorang bangsawan. Padahal Asri menginginkan seorang istri yang
menghargai dirinya, pandai membawa perangainya, dan pandai menawan hatinya. Tetapi
hal itu tidak ia temui dalam diri Saniah.
Demikian juga dengan Ibu Asri, dia
sangat gelisah memikirkan perkawinan antara Asri dan Saniah, kesombongan
menantunya sudah tidak dapat ditolerir. Yang lebih membuat pedih hati ibu
Mariati adalah hubungan dengan masyarakat telah putus, karena tak seorangpun
berani atang ke rumah “Gedang” tersebut untuk bermusyawarah, karena menantunya Saniah, Asri dijauhi orang.
Hal yang sama juga dialami oleh
Asnah, adik angkat Asri ia menjadi tempat sampah bagi kemarahan dan sakit hati
Saniah, tetapi ia tidak pernah mengadu tentang hal itu kepada siapapun. Permasalahan-permasalahan
yang tak kunjung ada penyelesaiannya membuat Ibu Mariati menderita sakit yang
bertambah parah, hingga membuatnya meninggal dunia.
Setelah kepergian orang tua angkat,
Asnah menjadi sangat sedih, dia merasa tempatnya berpijaknya sudah hilang. Kehadiran
Engku Hasan Basri yang mempunyai maksud untuk memperisitri Asnah membuat
suasana berbeda. Asnah yang bertanggung jawab kepada adik angkatnya menolak
pinangan Engku Hasan Basri karena ia sudah telanjur jatuh cinta pada saudara
angkatnya yaitu Asri.
Untuk menjaga kehormatan dan aib, Asnah
mohon ijin kepada Asri untuk pergi dari rumah, Asripun mulai berani berterus
terang kepada Asnah bahwa dia juga mencintai Asnah. Semenjak kepergian Asnah,
rumah Gedang itu menjadi sepi. Saniah juga semakin sombong, dia semakin tidak
menghormati dan menghargai suaminya. Dia selalu mencemooh apa dilakukan Asri untuk
menyakiti hati Asri. Jika Asri melamun, dikatakannya ingat kepada Asnah, kalau
terlambat pulang dari kantor dituduh pergi ke rumah Asnah. Kalau sudah di rumah
tidak boleh keluar lagi biarpun hanya keluar untuk sholat di masjid. Jika hari
libur Saniah selalu mencari akal agar suaminya tidak keluar rumah. Dia
mengajaknya berkunjung ke rumah saudaranya Rusiah atau mengajak Asri
berjalan-jalan untuk membeli perlengkapannya. Mula-mula Asri tidak mempermasalahkannya
asalkan Saniah bahagia, tetapi harapannya sia-sia bahkan rumah tangganya
semakin tidak nyaman, dia ingin mencari hiburan di luar rumah, kemudian dian
mendirikan koperasi, rumah bersalin, bahkan Asri juga pimpinan sekolah
partikulir. Asri senang karena telah memperoleh kepercayaan dari masyarakat kembali.
Tetapi hal itu justru semakin memperkeruh suasanan dalam rumah tangganya,
Saniah merasa tidak dipedulikannya lagi, hingga Saniah nekat pergi ke rumah orang
tuanya tanpa sepengetahuan suaminya.
Sampai di rumah orang tuanya, Saniah
bersama ibunya pergi ke rumah Kaharuddin di Padang dengan naik oto taksi yang
melaju dengan kecepatan yang sangat tinggi. Ketika oto taksi yang berjalan
kencang sudah meninggalkan tempat tinggal Saniah, tiba-tiba Saniah ingin
berhenti sejenak dan melihat ke daerah di mana dia dan Asri tinggal, Saniah
terharu, dia merasa berdosa telah meninggalkan suami dan sempat berucap dalam
hatinya “Ampun, kanda suamiku ………… aku sudah sesat menempuh jalan hidup, ampuni
kesalahanku, dosaku, ya, kakanda.” Oto taksi melanjutkan perjalan dengan sangat
kencang hingga di sebuah tikungan oto itu terbalik dan masuk sungai yang kering
airnya. Akibatnya kecelakaan itu Rangkayo Saleah, ibu Saniah meninggal di
tempat kejadian, disusul dengan meninggalnya Saniah di rumah sakit tempat dia
dirawat.
Setelah kematian Saniah, Asri
membagikan segala pusaka milik istrinya ke pihak keluarga Saniah, dan sebagian
diberikan ke masjid dan kepada fakir miskin. Untuk menghilangkan kesedihan
hatinya, Asri meninggalkan kampung halamannya. Asri meningalkan kampung
halamannya untuk bisa menikah dengan Asnah. Dibantu dengan Ibu Mariah yang
mencarikan seorang kadi yang alim yang berpegang kepada Al-Qur’an dan Hadist,
secara agama Asri dan Asnah diperbolehkan menikah tetapi secara adap dilarang karena
sesuku.
Setelah menikah dengan Asnah, Asri
membawanya pergi merantau. Asri merasa bahagia dan benar-benar menikmati
kehidupan berumah tangga. Asnah adalah istri yang baik bagi Asri, baik dalam
suka maupun duka.
Setahun lebih Asri merantau ke jawa
tiba-tiba Asri mendapat surat dari negerinya dan disuruh pulang untuk diangkat
menjadi kepala negeri. Semua tokoh masyarakat berjanji memperbaiki dan
mengharumkan nama Asri dan Asnah sebagai pasangan ideal suami istri, tentu saja
hal itu disambut dengan suka cita, lebih-lebih dapat melanjutkan cita-citanya
yang terbengkalai
Analisis
·
Tokoh
1. Asnah
2. Asri
3. Saniah
4. Mariati
5. Sitti
Maliah
6. Rangkayo
Saleah
7. Rusiah
8. Dt.
Indomo
9. Kaharuddin
10. Mariah
11. St.
Bendahara
·
Alur
novel ini menggunakan
alur maju
·
Latar
-
Latar tempat
Minangkabau, Sumatera
Barat, di Maninjau, Sungaibatang, Bayur, dan Bukittinggi, sebagian juga
mengambil latar di Pulau Jawa.
-
Latar waktu
Terjadi saat Asnah
diangkat anak oleh Ibu Mariati hingga dia menikah dengan Asri dan hidup bahagia
di tanah Minang.
-
Latar sosial
Permasalahan
yang diangkat dalam novel ini mungkin tidak biasa ada di sekitar kita yaitu
perasaan saudara tiri yang saling mencintai dan akhirnya menikah.
8. Identitas Karya
Judul : Siti Nurbaya
Pengarang : Marah Rusli
Penerbit : Balai Pustaka
Tahun terbit : 1990
Cetakan : cetakan ke 20
Jumlah halaman : 271 halaman
Sinopsis
Ibunya
meninggal saat Siti Nurbaya masih kanak-kanak, mulai saat itulah awal
penderitaan hidupnya. Sejak kecil sampai dewasa tinggal bersama Baginda
Sulaiman, ayah yang sangat disayanginya. Ayahnya adalah seorang pedagang yang
terkemuka di kota Padang. Sebagian modal usahanya merupakan uang pinjaman dari
seorang rentenir bernama Datuk Maringgih. Awalnya usaha Baginda Sulaiman sukses. Tetapi Datuk maringgih tidak
menyukai kemajuan usaha Baginda Sulaiman. Maka untuk melampiaskan ketidaksukaannya
pada Baginda Sulaiman Datuk Maringgih menyuruh anak buahnya membakar semua kios
milik Baginda Sulaiman. Baginda Sulaiman jatuh miskin dan tak sanggup membayar
hutang-hutangnya pada Datuk Maringgih. Dan inilah kesempatan yang
dinanti-nantikannya. Datuk Maringgih mendesak Baginda Sulaiman yang sudah tak
berdaya agar melunasi semua hutangnya. Hutang tersebut dianggap lunas, asalkan
Baginda Sulaiman mau menyerahkan Siti Nurbaya, puterinya, kepada Datuk
Maringgih untuk dijadikan istri. Menghadapi
kenyataan seperti itu Baginda Sulaiman yang memang sudah tak sanggup lagi
membayar hutang-hutangnya tidak menemukan pilihan lain selain yang ditawarkan
oleh Datuk Maringgih.
Siti
Nurbaya menangis karena dirinya yang cantik dan muda harus menikah dengan Datuk
Maringgih yang tua dan jelek. Lebih sedih lagi ketika ia teringat Samsulbahri, sahabat
yang kemudian menjadi kekasihnya yang sedang sekolah di stovia, Jakarta. Sebenarnya
dia tidak mau menikah dengan datuk maringih tetapi demi keselamatan dan
kebahagiaan ayahanya ia mau mengorbankan dirinya dengan menikah dengan Datuk
Maringih.
Samsulbahri
yang berada di Jakarta mengetahui peristiwa yang dialami Siti nurbaya karena
Siti Nurbaya mengirimkan surat yang menceritakan tentang nasib yang dialami
keluarganya. Pada suatu hari saat Samsulbahri
kembali ke Padang, ia dapat bertemu dengan Siti Nurbaya yang sudah resmi
menjadi istri Datuk Maringgih. Datuk Maringgih mengetahui pertemuan itu
sehingga terjadi keributan. Teriakan Siti Nurbaya terdengar oleh ayahnya yang
tengah terbaring karena sakit keras. Baginda Sulaiman berusaha bangkit, tetapi
akhirnya jatuh tersungkur dan menghembuskan nafas terakhir.
Mendengar
itu, ayah Samsulbahri yaitu Sultan Mahmud malu atas perbuatan anaknya. Kemudian
menyuruh Samsulbahri kembali ke Jakarta dan ia berjanji untuk tidak kembali
lagi ke Padang. Datuk Maringgih juga tidak tinggal diam, karena Siti Nurbaya
diusirnya.
Siti
Nurbaya yang mendengar bahwa kekasihnya diusir orang tuanya, timbul niatnya
untuk pergi menyusul Samsulbahri ke Jakarta. Tetapi niatnya itu diketahui oleh
kaki tangan Datuk Maringih. Datuk Maringgih dengan bantuan kaki tangannya dapat
memaksa Siti Nurbaya kembali ke rumah dengan bantuan polisi.
Datuk
Maringih melakukan berbagai cara untuk mencelakakan Siti Nurbaya, dia menyuruh
seseorang menjual lemang pada Siti Nurbaya. Tak lama kemudian Siti Nurbaya
meninggal dunia karena memakan lemang beracun yang sengaja diberikan oleh kaki
tangan Datuk Maringgih. Kematian Siti Nurbaya itu terdengar oleh Samsulbahri. Ia
menjadi putus asa dan mencoba melakukan bunuh diri. Tetapi dia tidak meninggal.
Sejak saat itu Samsulbahri tidak meneruskan sekolahnya dan memasuki dinas
militer.
Sepuluh
tahun kemudian, diceritakan di kota Padang terjadi huru-hara dan tindak
kejahatan akibat ulah Datuk Maringgih dan orang-orangnya. Samsulbahri yang
telah berpangkat Letnan dikirim untuk melakukan pengamanan. Samsulbahri yang
mengubah namanya menjadi Letnan Mas segera menyerbu kota Padang. Ketika bertemu
dengan Datuk Maringgih dalam suatu keributan tanpa berpikir panjang lagi
Samsulbahri menembaknya. Datuk Maringgih jatuh tersungkur, namun sebelum tewas
ia sempat membacok kepala Samsulbahri dengan parangnya.
Samsulbahri
alias Letnan Mas segera dilarikan ke rumah sakit. Pada saat-saat terakhir
menjelang ajalnya, ia meminta dipertemukan dengan ayahandanya. Tetapi ajal
lebih dulu merenggut sebelum Samsulbahri sempat bertemu dengan orangtuanya.
Analisis
·
Tokoh
1) Samsul Bahri.
2) Siti Nurbaya
3) Datuk Maringgih
4) Sultan Mahmud
Syah
5) Siti Maryam
6) Baiginda Sulaeman.
7) Zainularifin
8) Bakhtiar
9) Alimah
10) Pak Ali
11) Pendekar Tiga
12) Pendekar
Empat
13) Penekar Lima
14) Dokter
·
Alur
novel ini mengunakan alur maju
·
Latar
-
Lata tempat : di
sekolah, di kota Padang,di kota Jakarta, di Kebun Kelapa, di rumah, di halaman
rumah, di kantor pos
-
Latar waktu : sekitar tahun 1920an
-
Latar sosial : novel ini kental dengan
suasana rentenir dan tuan tanah yang terjadi pada tahun 1920an.
9. Identitas Karya
Judul : Ketika Cinta
Bertasbih
Pengarang : Habiburrahman El Shirazy
Penerbit : Republika basmalah
Tahun terbit : 2007
Cetakan : cetakan ke 1
Jumlah halaman : 477 halaman
Sinopsis
Azzam adalah seorang pemuda
sederhana yang memilih untuk menuntut ilmunya di Al Azar, Cairo. Azzam dikenal
sebagai sosok yang tegas dan dewasa. Dia sangat memegang teguh prinsip-prinsip
Islam dalam kehidupan sehari-harinya. Di kalangan teman-temannya pun Azzam
menjadi panutan dan sosok yang bisa diandalkan.
Setelah bapaknya meninggal, sebagai
anak tertua dalam keluarganya, dialah yang menanggung kehidupan keluarganya di
Solo. Oleh karena itu, selain sebagai mahasiswa, dia juga bekerja keras sebagai
pembuat tempe dan bakso untuk menghidupi ibu dan adik-adik perempuannya di
Indonesia serta kehidupannya sendiri di Cairo. Bahkan Azzam, rela meninggalkan kuliahnya
untuk sementara dan lebih berfokus untuk mencari rezeki. Meski terkadang ada
rasa iri melihat teman-teman satu angkatannya yang sudah terlebih dahulu lulus,
bahkan ada yang hampir menyelesaikan S2-nya tapi Azzam segera sadar kalau dia
tidak sama dengan teman-temannya yang lain. Azzam lebih dikenal sebagai tukang
tempe di kalangan mahasiswa Indonesia yang sedang kuliah di Al Azhar.
Azzam juga sering mendapatkan undangan dari duta besar Indonesia yang ada di
Mesir untuk memenuhi kebutuhan konsumsi pada acara-acara kebesaran. Jadi,
selain terkenal di kalangan mahasiswa sebagai tukang tempe, Azzam juga terkenal
di kalangan para duta besar.
Saat bekerja itulah Azzam mengenal sosok Eliana. Eliana adalah sosok yang
sempurna secara fisik. Putri duta besar, cantik, dan lulusan Universitas di
Jerman. Akan tetapi, prinsip-prinsi keislaman yang Azzam pegang teguh membuat
Azzam mampu menepis perasaannya.
Saat bekerja Azzam secara tidak
sengaja bertemu dengan Anna Althafunnisa. Dialah perempuan yang memikat
hatinya dan hendak ia lamar. Namun, status sosialnya membuat Azzam ditolak.
Yang lebih mencengangkan Azzam adalah Anna justru menerima lamaran dari Furqan,
sahabat Azzam sendiri yang memiliki status sosial lebih tinggi daripada
Azzam.
Pernikahyan
Anna dan Furqan berlangsung dan mereka hidup dengan baik. Begitu juga pada
Azzam, setelah Anna menikah, ibunya menyuruh agar Ia segera mencari pasangan
hidup, dan Azzam pun mencari pendampingnya. Banyak wanita yang sudah
dilamarnya, tapi selalu ada saja yang tidak cocok untuk dirinya, hingga suatu saat
lamaran diterima seorang wanita dan hampir terjadi akad, harus terputus karena
suatu kecelakaan yang menyebabkan Ibunya meninggal dan Ia lumpuh untuk beberpa
waktu yang cukup lama.
Selam 6 bulan Anna dan Furqan menjalani kehidupan rumah tangga yang sedikit
lain, meskipun mereka sudah menjadi suami istri tetapi Furqon belum pernah
melaksanakan tugasnya sebagai suami karena dia divonis menderita HIV ssaat
tinggal di mesir. Saat itu juga hubungan mereka retak, Furqan menceritakan pada
Anna bahwasanya dia terkena HIV karena itu juga Ia tidak pernah menyentuh Anna,
sehingga akhirnya Ia terpaksa memberi kebebasan untuk Anna (cerai).
Ana kembali ke rumah orang tuanya, Azzam yang lumpuh setelah kecelakaan itu
telah sembuh seperti semula, Ia mendatangi kiai Lutfi mohon bantuan mencarikan
jodoh yang tepat sesuai permintaan Ibunya dulu. Kiai Lutfi lalu menceritakan
seorang wanita yang dicerai suaminya karena suatu hal dan wanita itu masih
perawan, yang diharapkan kiai Lutfi sendiri agar dapat diterima Azzam. Tanpa
disadari Azzam Ia menerima tawaran Kiai Lutfi, agar menerima wanita itu menjadi
istrinya, Azzam sangat senang begitu tahu kalau wanita yang diceritakan itu
adalah orang yang pernah dicintainya yaitu Anna Althafunnisa, begitu juga
sebaliknya Anna sangat senang karena Ia juga menjadi istri dari orang yang dulu
sangat diharapkannya, atau cinta pertamanya.
Setelah sebulan pernikahan Anna dengan Azzam, tiba-tiba Furqan kembali
menghubungi Anna dan membawa rujukan, dan Ia menceritakan bahwa Ia tidak
terkena HIV. Tapi semua sudah terjadi Anna dan Azzam sudah bahagia, dan mereka
mendoakan agar Furqan menemukan pasangan hidup yang cocok untuk nya.
Analisis
·
Tokoh
1.
Khairul Azzam
2.
Anna Althafunnisa
3.
Eliana Alam
4.
Furqan Andi Hasan
5.
Ayatul Husna
6.
Muhammad Ilyas
7.
Ibu Azzam
8.
Kiai Lutfi
9.
Pak Ali
10. Pak Alam
11. Nasrul
·
Alur
novel ini menggunakan
alur maju
·
Latar
-
Latar tempat: Kairo, Mesir, Indonesia, Desa Kartasura, Desa Wangen jawa.
-
Latar waktu : Cerita ini berlangsung
ketika Azzam mulai menuntut ilmu di Universitas Al Azhar, Cairo.
-
Latar Sosial: Cerita ini mengangkat sosial masyarakat
Mesir yang kental sekali dengan nuansa islam dan para mahasiswa Indonesia.
Dalam novel ini dijelaskan dengan detail aktifitas para mahasiswa dalam
menuntut ilmu di Al Azhar.
10. Identitas Karya
Judul :
Ripin (kumpulan cerpen)
Pengarang :
1.
Ripin karya Ugaran Prasad
2. Laut
lepas kita pergi karya Kurnia Effendi
3. Caronang karya Eka Kurniawan
4. Ibu
pergi ke laut karya Puthut EA
5. Jejak
yang kekal karya Gus tf Sakai
6. Nistagmus karya Danarto
7. Mata
sultani karya Adek Alwi
8. Bocah-bocah
berseragam biru laut karya Puthut EA
9. Rumah
hujan karya Dewi ria utari
10.
Sayap kabut sultan ngamid karya Triyanto Triwikromo
11.
Mata mungil yang menyimpan dunia karya Agus Noor
12.
Sumur karya Gus tf Sakai
13.
Air karya Djenar Maesa Ayu
14.
Piknik karya Agus Noor
15.
Gerobak karya Seno Gumira Ajidarma
16.
Malaikat tanah asal karya Triyanto Triwikromo
Penerbit :
Kompas
Tahun terbit : 2007
Cetakan : cetaka pertama
Jumlah halaman : 112 halaman
Sinopsis
cerpen “Ibu Pergi ke Laut”
Cerpen
ini menceritakan tentang seorang gadis balita yang ditinggal mati ibunya saat
tsunami aceh datang. Sang ayah bingung bagaimana cara memberitahu anaknya bahwa
ibunya telah meninggal. Sang ayah membiarkan anaknya berpikir bahwa ibunya
pergi ke laut menolong orang-orang yang tenggelam di laut dan suatu saat ibunya
akan pulang. Begitu jawab sang ayah jika ditanya anaknya. Hingga suatu saat
sang anak berfikir ingin mengirim surat pada ibunya, kalau dia tidak bisa
bertemu ibunya paling tidak di bisa mengirim surat pada ibunya. Karena dia
belum bisa menulis, maka di ameminta temannya untuk menulis kan surat untuk
ibunya. Kemudian setelah surat itu jadi, temannya menyarankan agar
menghanyutkan surat itu ke sungai, karena setiap sungai akan bermuara ke laut
dan tentunya akan sampai ke ibunya yang berada di laut. Selesai mengirimkan
surat, sang anak menceritakan apa yang baru saja dilihat pada ayahnya. Ayahnya
ingin menangis saat anaknya bilang ibu akan membalas suratnya lewat hujan.
Analisis
·
Tokoh
1. Dinda
2. Teman dinda
3. Ayah
·
Alur
cerpen ini menggunakan
alur campuran
·
Latar
-
Latar tempat: di rumah dinda, rumah
teman dinda, di sungai, di laut.
-
Latar waktu: siang hari
-
Latar Sosial: cerpen ini mengangakat
konflik sang ayah menghadapi anaknya yang masih di bawah umur yang ditinggal
mat ibunya.
thanks ini sangat membantu
BalasHapusKabar baik untuk Anda semua yang Anda butuhkan pinjaman untuk melunasi utang Anda, Anda perlu meminjam uang untuk meningkatkan komersialisasi organisasi Anda? Atau Anda ditolak kredit dari bank atau lembaga keuangan untuk satu atau lebih alasan, atau tidak? Anda perlu berbagi beban pinjaman atau hipotek? Anda memiliki lokasi yang tepat untuk utang Anda di sini! Emamllua pinjaman perusahaan pinjaman kepada orang-orang terkenal - dan terkenal.
BalasHapusManfaat yang rendah dan dapat diterima dari 2% tanpa colerteral.
Silahkan hubungi kami di E-mail kami hari ini jika Anda perlu meminjam Email urget: Emamllualoanfirm@gmail.com