Selasa, 26 Juni 2012

Analisis novel


Fiksi
1.      Identitas Karya
Judul                         :  Bekisar Merah
Pengarang                 : Ahmad Tohari
Penerbit                     : PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Tahun terbit              : 2005
Cetakan                     : Cetakan ke 5
Jumlah halaman        : 312 halaman

Sinopsis
Novel ini menceritakan seorang gadis bernama Lasi yang tinggal di Desa Karangsoga. Ia anak keturunan Jepang dan Pribumi. Ayahnya orang Jepang dan ibunya orang Indonesia. Ibu Lasi adalah seorang janda, ayah Lasi meninggal saat Lasi masih dalam kandungan. Sejak kecil Lasi selalu dinakali oleh teman sebayanya karena dia mempunyai wajah yang lain daripada wajah anak-anak karangsoga. Ibu Lasi dulu pernah diperkosa orang Jepang, yaitu Ayah Lasi. Gosib bahwa ibu Lasi diperkosa itu masih menjadi gunjingan warga sekitar sampai saat ini, padahal Lasi lahir setelah tiga tahun  pernikahan kedua orang tuanya. Banyak teman Lasi yang selalu mengejeknya, Lasi sangat benci dengan orang karasoga yang selalu mengejeknya. Lasi kecil mempunyai teman yang baik, namanya Kanjat anak tengkulak gula di Desa Karangsoga. Kanjat tidak banyak omong, kadang ketika ada teman laki-laki mengejek Lasi, Kanjat ingin membela Lasi, tapi Kanjat tidak bisa membantu karena tubuhnya yang kecil. Kanjat sedikit lebih muda dari Lasi, selisih dua tahun.
Ketika Ibu Lasi menikah dengan Wiryaji. Suatu ketika Wiryaji sakit dan ia digantikan oleh Darsa untuk mengantarkan pongkor, ia keponakan Wiryaji. Ketika Darsa membawa pongkor untuk diserahkan ke Lasi, ia selalu menyelipkan buah-buahan diantara pongkor tersebut. Ia menaruh hati pada Lasi, Ibu Lasi sebenarnya sudah mengetahui hal tersebut sejak lama. Ada niat ibu Lasi menjodohkan Lasi dengan Darsa. Akhirnya mereka menikah, rumah tangga mereka rukun dan harmonis.
 Hingga suatu ketika, Darsa jatuh dari pohon kelapa dan Mukri yang kebetulan sedang menyadap di dekat Darsa segera menolong Darsa dan membawanya pulang. Lasi menangis ketika mengetahui suaminya terkapar, para tetangga mulai berdatangan dan Eyang Mus pun datang. Eyang Mus adalah sesepuh desa. Eyang Mus menyarankan agar Darsa di bawa ke rumah sakit. Tetapi pada waktu itu, mereka tidak punya uang, Eyang Mus menyarankan agar meminjam uang kepada Pak Tir. Setelah mendapatkan uang pinjaman, mereka membawa Darsa ke poliklinik. Seminggu Darsa dirawat, tetapi ia masih suka ngompol karena terjatuh dari pohon kelapa.  Dokter menyarankan agar Darsa dibawa ke rumah sakit yang lebih besar. Karena tidak memiliki biaya lagi, mereka memutuskan agar Darsa dibawa pulang kerumah. Lasi yang setia selalu melayani Darsa dengan baik, tetapi Darsa merasa tidak pantas lagi menjadi suami Lasi karena dia kini tidak bisa menjalankan kewajibannya sebagai suami. Setiap hari Darsa marah-marah tanpa sebab yang jelas pada Lasi, dia berharap dengan sikapnya itu Lasi akan meninggalkannya. Hingga akhirnya Darsa ditangani oleh seorang tukang urut bernama Bunek. Banyak orang bilang pijatannya terbukti bisa menyembuhkan beberapa penyakit.
Setelah beberapa lama dirawat oleh bunek Darsa mulai mengalami perubahan, karena Darsa sudah dapat berjalan sendiri maka Bunek meminta agar Darsa yang pergi ke rumah Bunek. Sesekali Lasi mengantar, kadang Darsa pergi sendiri. Hanya Bunek yang tahu jika Darsa telah sembuh dari impotennya, hal ini dimanfaatkan oleh Bunek, ia memiliki anak gadis yang bernama Sipah. Sipah belum memiliki suami, mungkin karena kakinya pincang. Sipah didesak oleh Bunek untuk mengobati Darsa yang sedang sakit. Maka Darsa dan Sipah pun melakukan hubungan suami istri atas desakan Bunek. Beberapa waktu kemudian Sipah meminta Darsa untuk mengawininya karena Sipah mengandung anak Darsa. Mengetahui hal tersebut Lasi marah. Lalu ia minggat, ia ikut bersama Pardi dan Sapon naik truk yang hendak pergi membawa gula kelapa ke Jakarta.
Diperjalanan Lasi tertidur, karena ia letih. Saat pagi hari Lasi mulai terbangun. Ia tak tau sedang berada dimana saat itu. Tiba-tiba Sapon muncul dari pinggir pintu dan membukakan pintu. Sapon menjelaskan bahwa mereka sudah sampai di Jakarta. Lasi dititipkan kepada Bu Koneng pemilik warung yang mereka singgahi, karena Pardi dan Sapon akan bongkar muat barang di gudang. Setelah berbagai perundingan akhirnya Lasi tetap tinggal di warung Bu Koneng sementara Pardi dan Sapon pulang ke karangsoga. Suatu ketika datanglah Bu Lanting, ia melihat Lasi dan tertarik menginginkannya. Setelah berunding dengan Bu Koneng, terjadilah kesepakatan.
Lasi diangkat sebagai anak oleh Bu Lanting. Di rumah Bu Lanting yang megah, Lasi diajari bagaimana dia menjadi gadis Jakarta dan melupakan Darsa serta derajatnya sebagai anak kampung. Bu Lanting menjadikan Lasi sebagai anak emasnya, dia menyulap Lasi menjadi bekisar yang cantik, bukan lagi sebagai gadis kampung.

Bu Lanting hendak menjual Lasi ke Pak Handarbeni, seorang laki-laki tua kaya raya yang telah mepunyai beberapa istri dan tergila-gila dengan gadis keturunan jepang seperti Lasi. Lasi dianggap bekisar yang belum jinak oleh mereka, oleh Bu Lanting Lasi di suruh memakai kimono berwarna merah. Lalu Lasi difoto, hasilnya sangat menawan. Pak Han pun tertarik, akhirnya setelah berbagai upaya dan usaha panjang Lasi dan Pak Han pun menikah dan Lasi diberi hadiah berupa rumah mewah di Slipi.
Suatu hari dia meminta izin pada Pak Han untuk menengok kampung yang sudah lama ia tinggalkan. Saat sampai di Karangsoga, orang-orang yang dulu mengejek Lasi kini berubah menghormati dan segan pada Lasi yang datang dengan dandanan seperti seorang ratu, cantik dan kaya. Lasi datang dengan mobil dan diantar supir. Sampai di karangsoga, Ia memperbaiki rumahnya. Ia juga bertemu kembali bertemu Kanjat, benih-benih cinta pada kanjat yang sempat tersimpan kembali bersemi, Kanjat yang sedang melakukan penelitian di Karangsoga juga merasakan hal yang sama. Tetapi banyak permasalahan yang akan dihadapi mereka baik tentang hubungan mereka ataupun mengenai para penyadap. Lasi juga bertemu dengan Darsa dan istrinya, Sipah, mereka telah memiliki satu orang anak. Di akhir cerita Lasi dan Kanjat berjalan bersama setelah menyaksikan penebangan pohon kelapa milik para penyadap.

Analisis
·         Tokoh

1.      Lasi
2.      Darsa
3.      Kanjat
4.      Mbok Wiryaji
5.      Eyang Mus
6.      Bu Koneng
7.      Bu lanting
8.      Pak Handarbeni
9.      Pardi
10.  Bunek
11.  Sipah
12.  Sapon
13.  Pak Tir


·         Alur : alur dalam novel ini adalah alur maju
·         Latar  :
-          Latar Tempat
Desa Karangsoga, warung Bu Koneng, Rumah Bu lanting, Rumah Pak Handarbeni di Slipi.

-          Latar Waktu
Novel ini terjadi saat Lasi mulai menikah dengan Darsa hingga dia menikah dengan Pak Handarbeni dan kembali ke kampungnya.
-          Latar Sosial
Latar sosial di Desa Karangsoga: warga karangsoga hampir seluruhnya bermatapencaharian sebagai pembuat gula jawa. Mereka hidup miskin karena hanya mengandalkan hasil dari membuat gula jawa.
Latar sosial di Jakarta (warung Bu Koneng, rumah Bu Lanting, rumah Pak Handarbeni) :  warung Bu Koneng adalah warung persinggahan para sopir dan kernet yang juga menyediakan wanita penghibur bagi para pengunjung yang kebanyakan sopir barang seperti Pardi dan Sapon. Rumah Bu Lanting: Bu Lanting adalah seorang yang suka mencari berbagai barang antik, termasuk wanita, pesanan para pejabat atau orang kaya seperti Pak Handarbeni. Rumah Pak Handarbeni: Pak Handarbeni adalah seorang tua kaya raya dan telah memiliki beberapa istri, tetapi dia tergila-gila pada gadis keturunan jepang. Saat Bu Lanting menunjukkan Lasi, dia tergila-gila pada Lasi yang juga keturunan Jepang.

2.      Identitas Karya
Judul                         : Orang-Orang Proyek
Pengarang                 : Ahmad Tohari
Penerbit                     : PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Tahun terbit              :2007
Cetakan                     : cetakan ke 1
Jumlah halaman        : 224 halaman

Sinopsis
Kabul adalah insinyur muda yang punya idealisme tinggi namun prinsipnya terbentur kenyataan proyek jembatan yang sedang dalam pengerjaannya digerogoti dari segala penjuru oleh para tikus-tikus kantor. Proyek pembangunan jembatan di desa terpencil benar-benar menjadi ajang pamer bagi partai penguasa tanpa mengindahkan ilmu kontruksi bangunan. Jembatan harus selesai jadi, ketika HUT partai penguasa. Padahal acara tersebut hanya tinggal beberapa bulan lagi, pengerjaan jembatan yang terburu-buru tentu akan berpengaruh pada kwalitas jembatan.  Pembangunan jembatan tersebut bukan proyek biasa, sebab mengandung unsur politis. Jembatan itu merupakan pesanan pemerintah sekaligus golongan penguasa yang didanai luar negeri.  Pembangunan itu semata-mata karena desa tersebut akan dijadikan tempat perayaan ulang tahun golongan penguasa GLM (Golongan Lestari Menang). Jembatan dibangun hanya dengan bahan-bahan kualitas rendah dan juga tuntutan waktu, itu artinya kontuksi jembatan harus dibuat walaupun dalam musim penghujan. Padahal pembangunan yang demikian sangat  beresiko terhadap kekuatan jembatan.
Dalam pelaksanaan proyek Kabul begitu getir melihat penyelewengan- penyelewengan yang terjadi, seperti penggelapan bahan bangunan, pembangunan di bawah standar  operasional dan juga adanya pemotongan uang proyek yang dilakukan orang-orang pemerintah.  Dia dipaksa bergelut dengan kenyataan masyarakat yang korup dan curang. Sementara idealismenya masih terpatri di dalam hatinya.
Di tengah kebimbangan hatinya memikirkan proyek jembatan ini, dia juga bimbang akan hubungannya dengan Wati. Wati adalah sekertarisnya di proyek jembatan itu. Dia tau Wati menaruh hati padanya, Mak sumeh, pemilik warung di lokasi proyek, sering bercerita padanya tentang Wati. Tetapi di lain pihak, Wati sudah mempunyai pacar yang kuliah di jogjakarta.
Suatu hari Kabul mempunyai permintaan terhadap bosnya yang bernama Dalkijo, Kabul meminta agar pemasangan lantai jembatan harus menggunakan besi baru, bukan besi bekas seperti yang diutarakan Dalkijo beberapa waktu sebelumnya, pasir yang bermutu dan juga meminta penyelesaian proyek ini tidak dipaksa bersamaan dengan pelaksanaan HUT GLM, tuntutan itu adalah harga pasti. Kalau permintaan tersebut tidak dituruti Kabul akan mengundurkan diri dari proyek itu. Namun Dalkijo menolak semua permintaan Kabul. Akhirnya Kabul menyerah dan memilih mengundurkan diri. Meskipun sang Bos merayu dan akhirnya mengancam, namun Kabul tetap pada pendiriannya. Kabul tidak ingin membohongi rakyat, karena ia orang yang jujur dan memegang teguh idealismenya, ia tidak mau terjun ke dalam proyek yang haram penuh dengan korupsi. Kabul lebih memilih tidak menyelesaikan sisa proyek yang sudah digerogoti  para koruptor itu. Pilihan Kabul untuk mengundurkan diri dari proyek itu harus disertai dengan perpisahannya dengan orang yang dia sayangi yaitu Wati. Setelah Kabul keluar dari proyek itu hidupnya menjadi kurang jelas dan mengambang, namun ia menemukan keteduhan yang akan menenangkan hatinya,yaitu Biyungnya.
Saat peresmian jembatan, Kabul hadir secara diam-diam juga diikuti oleh para pekerja yang setia kepada Kabul. Kendaraan beriringan melewati jembatan sebagai ajang HUT partai penguasa  atau GLM. Melihat kejadian itu Kabul nyaris tidak bernafas, ketika iring-iringan semakin panjang karena Kabul yakin kekuatan jembatan belum saatnya  untuk digunakan, tapi kenyataanya dipaksakan.
Saat Kabul dan Wati, yang sudah menjadi istrinya, berkunjung ke Jembatan itu setahun kemudian, jembatan yang terlihat kokoh itu lantainya sudah jebol dan banyak kerusakan lainnya meski umurnya baru satu tahun.

Analisis
·         Tokoh :

1.      Kabul
2.      Wati
3.      Dalkijo
4.      Pak Tarya
5.       Basar
6.       Mak Sumeh
7.      Tante Ana
8.      Dalkijo
9.      Kang Martasatang
10.  Wircumplung
11.  Baldun
12.  Aminah
13.  Biyung
14.  Yos

·         Alur : alur di novel ini adalah alur maju.
·         Latar
-          Latar tempat
Sungai, warung mak sumeh, rumah pak tarya, rumah wati, kantor proyek
-          Latar waktu
Malam hari, pagi hari, siang hari, sore hari, malam minggu
-          Latar sosial
Novel ini megangkat masalah di mana nilai-nilai sosial tidak ada lagi dilubuk hati para pejabat maupun di masyarakat awam, mereka sama-sama serakah tidak memikirkan keadaan rakyatnya berada dalam kondisi yang memprihatinkan juga.






3.      Identitas Karya
Judul                         : Gadis Pantai
Pengarang                 : Pramoedya Ananta Toer
Penerbit                     : Lentera Dipantara
Tahun terbit              : 2009
Cetakan                     : cetakan ke 5
Jumlah halaman        : 272 halaman

Sinopsis
          Cerita ini berawal dari pernikahan gadis pantai dengan Bendoro. Pernikahan tersebut diwakili dengan sebilah keris. Setelah pernikahan tersebut, gadis pantai diserahkan ke kota diantar oleh rombongan dari kampung nelayan. Gadis pantai merasa sedih dengan pernikahan tersebut, dia merasa kesepian di lingkungan barunya. Kemudian dia berkenalan dengan seorang pembantu tua yang melayani seluruh kebutuhannya. Setelah beberapa minggu akhirnya Gadis pantai bertemu dengan bendoro di kamarnya.
          Kehidupannya yang serba kecukupan sekarang bukan membuatnya senang tetapi dia justru gelisah, apalagi setelah bapak dan emaknya kembali ke kampung nelayan. Tetapi lama kelamaan, gadis pantai terbiasa dengan keadaan itu. Bendoro jarang menemuinya membuatnya gelisah dan janggal dengan pernikahannya. Gadis pantai yang mulai mencintai bendoro merasa cemburu saat bendoro lama tak menemuinya. Dalam kesepiannya itu, mbok pembantu tua selalu ada disampingnya. Menghibur dengan cerita dongeng yang belum pernah didengarnya.
          Suatu hari gadis pantai kehilangan uang belanjanya, kemudian bendoro memanggil semua keponakan yang tinggal di sana karena mereka yang dicurigai mencuri. Tetapi karena mbok berusaha melindungi gadis pantai dan tanpa sadar melawan bendoro, dia kemudian diusir oleh bendoro. Setelah kepergian mbok, gadis pantai kembali merasa kesepian.
          Untuk menggantikan peran mbok, datang seorang bujang atau pembantu baru bernama Mardinah. Gadis pantai tidak menyukai perangai mardinah yang tidak mengahargainya sebagai wanita utama. Gadis pantai mencurigai mardinah bukan pembantu sembarangan. Ternyata dugaannya benar, mardinah adalah mata-mata dari demak yang masih kerabat bendoro.
          Saat gadis pantai ingin menjenguk emak dan bapaknya ke kampung nelayan, mardinah diutus bendoro untuk menemaninya. Kedatangan gadis pantai disambut meriah oleh warga kampung, mereka mengagung-agungkan gadis pantai. Tetapi gadis pantai justru tidak nyaman dengan perlakuan tersebut, warga sungkan akan kehadirannya, bahkan emak dan bapaknya juga sungkan dengan anaknya sendiri. Saat gadis pantai di situ terjadi beberapa peristiwa yang cukup menghebohkan warga. Kedatangan Mak Pin, seorang tukang pijit, yang ternyata laki-laki anggota bajak laut. Kemudian disusul kedatangan mardinah dengan beberapa pengawalnya dari kota yang ingin menjemput gadis pantai, namun ternyata terungkap bahwa mardinah ingin mencelakakan gadis pantai.
          Sekembalinya gadis pantai ke kota, ternyata dia hamil. Dan saat hamil itulah bendoro semakin jarang menemuinya. Hal itu membuat gadis pantai cemas. Ternyata kecemasannya itu menjadi kenyataan, setelah gadis pantai melahirkan. Bendoro segera menyuruh gadis pantai meninggalkan rumahnya. Gadis pantai mau meninggalkan rumahnya dengan syarat ia boleh membawa anaknya. Tetapi bendoro tidak memperbolehkan hingga terjadilah pertengakaran antara bendoro dan gadis pantai yang kemudian diusir dengan paksa tanpa membawa anaknya. Cerita berakhir dengan kepulangan gadis pantai ke kampung nelayan dengan dijemput bapak, tetapi di tengah perjalanan menuju kampung nelayan, gadis pantai memilih pergi dan menolak kembali ke kampung karena malu.

Analisis
·         Tokoh

1.      Gadis Pantai
2.      Bendoro
3.      Bapak
4.      Emak
5.      Mbok
6.      Mardinah
7.      Si dul
8.      Agus-agus kecil
9.      Mak pin
10.  Warga kampung nelayan

·         Alur
alur novel ini adalah alur maju
·         Latar
-          Latar tempat
 kampung nelayan, rumah bendoro
-          Latar waktu
latar waktu di dalam novel ini banyak terjadi di malam hari. Tetapi ada beberapa peristiwa yang terjadi di pagi hari, siang hari dan sore hari.


-          Latar sosial
Latar sosial novel ini mengangkat perilaku para priayi pada zaman dahulu. Novel ini merupakan kritikan pedas bagi para priyayi waktu itu, maka novel ini sempat dilarang terbit.

4.      Identitas Karya
Judul                         : Layar Terkembang
Pengarang                 : St. Takdir Alisyahbana
Penerbit                     : Balai Pustaka
Tahun terbit              : 2005
Cetakan                     : cetakan ke 37
Jumlah halaman        : 166 halaman

Sinopsis
Tuti adalah putri sulung Raden Wiriatmadja. Dia dikenal sebagai seorang gadis yang pendiam teguh dan aktif dalam berbagai kegiatan organisasi wanita. Watak Tuti yang selalu serius dan cenderung pendiam sangat berbeda dengan adiknya Maria. Ia seorang gadis yang lincah dan periang.
Suatu hari, keduanya pergi ke pasar ikan. Ketika sedang asyik melihat-lihat akuarium, mereka bertemu dengan seorang pemuda. Pertemuan itu berlanjut dengan perkenalan. Pemuda itu bernama Yusuf, seorang Mahasiswa Sekolah Tinggi Kedokteran di Jakarta. Ayahnya adalah Demang Munaf, tinggap di Martapura, Sumatra Selatan.
Perkenalan itu menjadi semakin akrab dengan diantarnya Tuti dan Maria pulang. Bagi Yusuf, perteman itu ternyata berkesan cukup mendalam. Ia selalu teringat kepada kedua gadis itu, dan terutama Maria. Kepada gadis lincah inilah perhatian Yusuf lebih banyak tertumpah. Menurutnya wajah Maria yang cerah dan berseri-seri serta bibirnya yang selalu tersenyum itu, memancarkan semangat hidup yang dinamis.
Esok harinya, ketika Yusuf pergi ke sekolah, ia bertemu dengan Tuti dan Maria di depan Hotel Des Indes. Yusuf kemudian menemani keduanya berjalan-jalan. Mereka bercakap-cakap mengenai berbagai hal. Sejak itu, pertemuan antara Yusuf dan Maria berlangsung lebih sering. Sementara itu Tuti dan ayahnya melihat hubungan kedua remaja itu tampak sudah bukan lagi hubungan persahabatan biasa.
Tuti sendiri terus disibukan oleh berbagai kegiatannya. Dalam kongres Putri Sedar yang berlangsung di Jakarta, ia sempat berpidato yang isinya membicarakan emansipasi wanita. Suatu petunjuk yang memperlihatkan cita-cita Tuti untuk memajukan kaumnya. Pada masa liburan, Yusuf pulang ke rumah orang tuanya di Martapura. Sebenarnya ia bermaksud menghabiskan liburannnya di kampungnya, tetapi ia selalu merindukan Maria. Kemudian datang kartu pos dari Maria yang menceritakan tentang perjalannya bersama Rukamah, saudara sepupunya yang tinggal di Bandung. Setelah membaca surat itu, Yusuf memutuskan untuk kembali ke Jakarta, kemudian menyusul sang kekasih ke Bandung. Setelah mendapat restu ibunya, pemuda itu pun segera meninggalkan Martapura.
Kedatangan Yusuf disambut hangat oleh Maria dan Tuti. Maria dan Tuti berjalan-jalan di Dago, saat itulah Yusuf menyatakan cintanya kepada Maria. Sementara Tuti lebih banyak menghabiskan waktunya dengan membaca buku. Sebenarnya Tuti juga ingin merasakan cinta seperti Maria. Pada saat itulah dia ingat pada temannya, Supomo. Lelaki itu pernah mengirimkan surat cintanya kepada Tuti.
Ketika Maria mendadak terkena demam malaria, Tuti menjaganya dengan sabar. Saat itulah adik Supomo datang untuk meminta jawaban Tuti tentang keinginan kakaknya untuk menjalin cinta dengannya. Sebenarnya Tuti sebenarnya ingin merasakan cinta kasih seorang, tetapi Supomo bukan lelaki idamannya. Maka segera ia menulis surat penolakannya.
Sementara itu, keadaan Maria makin bertambah parah. Kemudian diputuskan untuk membawanya ke rumah sakit. Menurut keterangan dokter, Maria mengidap penyakit TBC. Dokter yang merawatnya menyarankan agar Maria dibawa ke rumah sakit TBC di Pacet, Sindanglaya Jawa Barat. Maria sudah dirawat selama sebulan lebih. Namun keadaannya tidak juga membaik. Maria mulai merasakan kondisi kesehatan yang makin lemah. Ia sudah pasrah menerima kenyataan.
Suatu hari saat Tuti dan Yusuf berlibur ke rumah Ratna dan Saleh di Sindanglaya. Liburan itu membuat hubungan Yusuf dan Tuti semakin akrab, tetapi kondisi kesehatan Maria justru semakin mengkhawatirkan. Dokter yang merawatnya sudah tak bisa berbuat banyak. Maria sempat berpesan kepada Tuti dan Yusuf agar keduanya tetap bersatu dan menjalin hubungan rumah tangga, setelah mengucapkan pesan itu Maria menghembuskan napas terakhirnya. “Alangkah bahagianya saya di akhirat nanti, kalau saya tahu, bahwa kakakku berdua hidup rukun dan berkasih-kasihan seperti kelihatan kepada saya dalam beberapa hari ini. Inilah permintaan saya yang penghabisan dan saya, saya tidak rela selama-lamanya kalau kakandaku masing-masing mencari peruntungan pada orang lain”. Demikianlah pesan terakhir almarhum Maria. Lalu sesuai dengan pesan tersebut Yusuf dan Tuti akhirnya menikah karena mereka juga sudah saling mencintai.

Analisis
·         Tokoh

1.      Maria
2.       Tuti
3.      Yusuf
4.      Wiriaatmaja
5.       Partadiharja
6.      Saleh
7.      Rukamah
8.      Ratna
9.      Juru Rawat

·         Alur: novel ini menggunakan alur maju
·         Latar
-          Latar tempat
Gedung Akuarium di Pasar Ikan, Rumah Wiriaatmaja, Mertapura di Kalimantan Selatan, Rumah Sakit di Pacet, Rumah Partadiharja, Gedung Permufakatan.
-          Latar waktu
Waktu dalam novel ini terjadi saat Maria dan Tuti mulai mengenal Yusuf hingga Maria meninggal kemudian Tuti menikah dengan Yusuf yang sebelumnya menjadi kekasih maria.
-          Latar sosial
Novel ini mengangkat konflik tentang percintaan, yaitu cinta segitiga antara Maria, Tuti dan Yusuf.




5.      Identitas Karya
Judul                         : Perahu Kertas
Pengarang                 : Dee
Penerbit                     : Bentang Pustaka
Tahun terbit              : 2009
Cetakan                     : cetakan ke 1
Jumlah halaman        : 444 halaman

Sinopsis
Kisah ini dimulai dengan Keenan, seorang remaja pria yang baru lulus SMA, yang selama enam tahun tinggal di Amsterdam bersama neneknya. Keenan memiliki bakat melukis yang sangat kuat, ia ingin sekali menjadi pelukis, tapi perjanjiannya dengan ayahnya memaksa ia meninggalkan Amsterdam dan kembali ke Indonesia untuk kuliah. Keenan diterima kuliah di Bandung, di Fakultas Ekonomi.
Di sisi lain, ada Kugy, cewek unik dan eksentrik, yang juga kuliah di universitas yang sama dengan Keenan. Sejak kecil, Kugy tergila-gila dengan dongeng. Tak hanya koleksi dan punya taman bacaan, ia juga senang menulis dongeng. Cita-citanya hanya satu: ingin menjadi juru dongeng. Namun Kugy sadar bahwa penulis dongeng bukanlah profesi yang meyakinkan dan mudah diterima lingkungan. Tak ingin lepas dari dunia menulis, Kugy lantas meneruskan studinya di Fakultas Sastra.
Kugy dan Keenan dipertemukan lewat pasangan Eko dan Noni. Eko adalah sepupu Keenan, sementara Noni adalah sahabat Kugy sejak kecil. Mereka berempat akhirnya bersahabat karib. Lambat laun, Kugy dan Keenan, yang memang sudah saling mengagumi, mulai merasakan sesuatu yang berbeda diantara mereka. Diam-diam, tanpa pernah berkesempatan untuk mengungkapkan, mereka saling jatuh cinta. Namun kondisi saat itu serba tidak memungkinkan. Kugy sudah punya kekasih, cowok mentereng bernama Joshua alias Ojos. Sementara Keenan saat itu dicomblangkan oleh Noni dan Eko dengan Wanda.
Persahabatan empat sekawan itu mulai merenggang saat Kenaan mulai dekat dengan Wanda, Kugi menyadari bahwa dia cemburu melihat kedekatan mereka. Bahkan Akibat kecemburuannya itu, Kugi dan Nani bertengkar hebat hingga beberapa tahun karena Kugi tidak datang di ulang tahun Nani yang dilaksanakan  di rumah Wanda. Kugy lantas menenggelamkan dirinya dalam kesibukan baru, yakni menjadi guru relawan di sekolah darurat bernama Sakola Alit. Di sanalah ia bertemu dengan Pilik, muridnya yang paling nakal. Pilik dan kawan-kawan berhasil ia taklukkan dengan cara menuliskan dongeng tentang kisah petualangan mereka sendiri, yang diberinya judul: Jenderal Pilik dan Pasukan Alit. Kugy menulis kisah tentang murid-muridnya itu hampir setiap hari dalam sebuah buku tulis, yang kelak akan ia berikan pada Keenan.
Kedekatan Keenan dengan Wanda yang awalnya mulus pun mulai berubah saat Kenaan tau Wanda membohonginya. Dengan hati hancur, Keenan meninggalkan kehidupannya di Bandung dan juga keluarganya di Jakarta. Ia lalu pergi ke Ubud, tinggal di rumah sahabat ibunya, Pak Wayan.
Masa-masa bersama keluarga Pak Wayan, yang semuanya merupakan seniman-seniman sohor di Bali, mulai mengobati luka hati Keenan pelan-pelan. Sosok yang paling berpengaruh dalam penyembuhannya adalah Luhde Laksmi, keponakan Pak Wayan. Keenan mulai bisa melukis lagi. Berbekalkan kisah-kisah Jenderal Pilik dan Pasukan Alit yang diberikan Kugy padanya, Keenan menciptakan lukisan serial yang menjadi terkenal dan diburu para kolektor.
Kugy, yang juga sangat kehilangan sahabat-sahabatnya dan mulai kesepian di Bandung, menata ulang hidupnya. Ia lulus kuliah secepat mungkin dan langsung bekerja di sebuah biro iklan di Jakarta sebagai copywriter. Di sana, ia bertemu dengan Remigius, atasannya sekaligus sahabat abangnya. Pemikiran Kugi yang ajaib dan serba spontan membuat ia melejit menjadi orang yang diperhitungkan di kantor itu.
Namun Remi melihat sesuatu yang lain. Ia menyukai Kugy bukan hanya karena ide-idenya, tapi juga semangat dan kualitas unik yang senantiasa terpancar dari Kugy. Dan akhirnya Remi harus mengakui bahwa ia mulai jatuh hati. Sebaliknya, ketulusan Remi juga akhirnya meluluhkan hati Kugy.
Sedangkan Keenan, karena kondisi kesehatan ayahnya yang memburuk, Keenan terpaksa kembali ke Jakarta, menjalankan perusahaan keluarganya karena tidak punya pilihan lain.
Pertemuan antara Kugy dan Keenan terjadi saat Nani dan Eko tunangan. Semuanya dengan kondisi yang berbeda. Tetapi akhirnya dengan lika-liku yang panjang, Kenaan dan Kugi bersatu dan menikah.
Analisis
·         Tokoh

1.      Kenaan
2.      Kugi
3.      Eko
4.      Nani
5.      Wanda
6.      Luhde
7.      Joshua/ ojos
8.      Pak Wayan
9.      Oma
10.  Keisha
11.  Karel
12.  Karin
13.  Kevin
14.  Jeroen
15.  Mama Kenaan
( Lena )
16.  Papa Kenaan
( Adri )


·         Alur : Novel ini menggunakan alur campuran
·         Latar
-          Latar tempat
 Belanda, Bandung, Jakarta, Bali
-          Latar waktu
Terjadi saat Kenaan mulai tinggal kembali di Jakarta hingga Kenaan dan Kugi menikah, yaitu antara tahun 1999 hingga tahun 2003
-          Latar sosial
novel ini mempunyai setting sosial dikalangan anak muda, sehingga konflikyang diangkat juga tidak jauh-jauh dari dunia anak muda, yaitu cinta dan persahabatan.







6.      Identitas Karya
Judul                         : Salah Asuhan
Pengarang                 : Abdul Muis
Penerbit                     : Balai Pustaka
Tahun terbit              : 2009
Cetakan                     : cetakan ke 39
Jumlah halaman        :273 halaman

Sinopsis
Hanafi adalah seorang amak pribumi yang berasal dari Solok. Ibu hanafi adalah seorang janda, yang suaminya sudah meninggal sejak hanafi masih kecil. Meskipun sudah menjanda, ibunya berkeinginan untuk menyekolahkan anaknya setinggi mungkin. Ibunya mengirim Hanafi ke Betawi untuk bersekolah di HBS. Ibunya selalu berusaha keras untuk selalu memenuhi segala biaya Hanafi. Selama bersekolah di Betawi, Hanafi dititipkan di keluarga Belanda. Sehingga pergaulan Hanafi tidak lepas dari orang-orang Belanda. Setelah lulus sekolah di HBS, pergaulannya juga tidak lepas dari orang-orang Eropa, karena ia bekerja di Kantor BB sebagai asisten residen di Solok. Meskipun Hanafi seorang pribumi asli, tingkah laku serta gaya hidupnya sudah berubah menjadi kebarat-baratan. Bahkan terkadang tingkah lakunya melebihi orang Belanda asli.
Selama ia bergaul dengan orang-orang eropa dan setiap hari bersekolah di HBS, Hanafi dekat dengan gadis eropa yang bernama Corrie. Dalam kesehariannya Hanafi dan Corrie sangat dekat, hubungan keduanya seperti kakak dengan adiknya. Mereka sering jalan-jalan berdua, main tenis bahkan duduk-duduk sambil menikmati segelas teh berdua. Karena hubungan mereka sangat dekat, Hanafi menganggap hubungannya dengan Corie lebih dari hubungan pertemanan. Hanafi sayang kepada Corrie, namun perasaan itu bukan sekedar hanya rasa sayang seorang kakak kepada adiknya, melainkan rasa sayang sebagai pacar. Setiap hari Hanafi selalu bertemu dengan Corrie meskipun hanya sebentar saja. Sikap Corrie kepada Hanafi juga masih nampak seperti biasanya. Hingga akhirnya Hanafi memberanikan diri untuk mengungkapkan isi hatinya kepada Corrie. Namun ketika Hanafi mengungkapkan isi hatinya, Corrie tidak langsung memberi jawaban kepada Hanafi, melainkan segera berpamitan pulang dengan alasan yang tidak jelas. Keesokan harinya, Corrie pergi meninggalkan Solok menuju Betawi. Maka dikirimkan surat kepada Hanafi, yang isinya penolakan secara halus mengenai pernyataan Hanafi pada tempo hari. Corrie merasa tidak mungkin menerima Hanafi, karena perbedaan budaya antara bangsa melayu dengan bangsa eropa. Selain itu Corrie juga ditentang oleh ayahnya jika menikah dengan orang melayu. Karena penolakan tersebut, Hanafi jatuh sakit selama beberapa hari. Ibunya menasihati dan membujuk Hanafi agar menikah dengan Rapiah, yaitu anak mamaknya. Karena pada saat Hanafi bersekolah di HBS, mamaknyalah yang mencukupi kebutuhan Hanafi. Mendengar bujukan Ibunya, Hanafi marah, karena Hanafi tidak mengetahui siapa Rapiah. Hanafi hanya suka kepada Corrie, tetapi Corrie telah menolak cintanya. Ibu Hanafi menjelaskan bahwa Rapiah adalah anak mamak, Sultan Batuah. Perjodohan itu dikarenakan Ibu Hanafi berhutang budi kepada Sultan Batuah. Setelah mendapat bujukan dari Ibunya, akhirnya Hanafi menerima perjodohan itu, meskipun dengan sangat terpaksa. Dua tahun sudah usia pernikahan Hanafi dan Rupiah, dan mereka dikaruniai seorang anak laki-laki yang bernama Syafei. Pernikahan yang tidak didasari dengan rasa cinta itu membuat rumah tangga mereka tidak pernah tentram. Setiap hari Hanafi selalu memaki-maki ibu dan istrinya karena hal yang sepele. Namun Rapiah hanya diam dan tidak pernah melawan semua perlakuan suaminya.
Hal itulah yang membuat Ibu Hanafi kagum kepada Rapiah, hingga suatu hari Hanafi marah kepada Ibunya. Dengan tidak sengaja Ibunya menyumpahi Hanafi. Tiba-tiba anjing gila mengigit pergelangan Hanafi hingga Hanafi harus berobat ke Betawi. Sampai di Betawi Hanafi bertabrakan dengan seorang gadis eropa, yang tidak lain adalah Corrie. Dengan amat senang mereka berdua menghabiskan waktu untuk berjalan-jalan berdua menggunakan sepeda angin. Sudah satu minggu Hanafi meninggalkan Solok, setelah itu Hanafi mencari kerja di Kantor BB sebagai commies. Meskipun gaji awal cukup kecil, namun hanafi sangat senang. Karena dia dapat bertemu dengan Corrie setiap hari. Hanafi berusaha keras untuk mendapatkan Corrie, hingga hanafi rela berubah kewarganegaraan menjadi Eropa. Setelah itu, Hanafi memohon kepada Corrie untuk menerima ajakan pertunangannya. Karena rasa ibanya kepada Hanafi, Corrie terpaksa menermanya. Meskipun Corrie harus menerima resiko, yaitu dijauhi oleh teman-teman eropanya. Pesta pertunangan mereka dilakukan dikediaman rumah teman Belandanya, namun tuan rumah nampak tidak begitu suka dengan pertunangan itu. Karena dia tidak suka bergaul dengan orang Belanda berkulit sawo matang. Meskipun Rapiah dan Ibunya tahu jika Hanafi akan menikah dengan Corrie, namun Rapiah tetap menunggu kedatangan Hanafi. Ibu Hanafi sangat sayang kepada Rapiah, bahkan sayangnya melebihi rasa sayangnya kepada Hanafi. Hanafi dan Corrie sudah menjadi suami istri, maka tinggalah mereka dalam satu rumah. Namun seiring berjalannya waktu, rumah tangga Hanafi dan Corrie sudah tidak tentram lagi. Karena sifat Hanafi yang keterlaluan, Hanafi menuduh Corrie berzina dengan orang lain. Karena kondisi kehidupannya tidak jelas, Bangsa Eropa maupun Bangsa Melayu sudah tidak mau mengakui Hanafi, karena keangkuhan dan kesombongannya.
Akhirnya Corrie pergi ke Semarang untuk menghindari Hanafi. Namun pada suatu hari, Hanafi menerima surat yang memberi tahukan bahwa Corrie berada di Semarang. Setelah beberapa hari, Hanafi nekat pergi ke Semarang untuk mencari Corrie dirumah seorang pengusaha anak-anak yatim. Namun sampai disana justru berita buruk yang diterima oleh Hanafi. Bahwa Corrie masuk rumah sakit karena sakit keras, yaitu kolera. Hingga akhirnya nyawa Corrie ridak dapat ditolong lagi. Setelah kepergian Corrie, Hanafi pulang ke Solok untuk menemui Ibunya. Setelah beberapa hari Hanafi sampai di Solok, ia jatuh sakit karena menelan 6 butir sublimat, yang menyebabkan Hanafi terus muntah darah dan akhirnya meninggal dunia.

Analisis
·         Tokoh

1.      Hanafi
2.      Corrie
3.      Ibu Hanafi
4.      Rapiah
5.      Sutan Batuah
6.      Ayah Corrie

·         Alur : novel ini menggunakan alur maju
·         Latar
-          Latar tempat
Solok, Betawi, Semarang
-          Latar waktu
Terjadi saat Hanafi mulai mencintai Corrie hingga dia meninggal dunia.
-          Latar sosial
 novel ini bercerita tentang kehidupan masyarakat melayu di solok sumatra yang masih kental akan adat seperti adat tentang aturan dalam pernikahan. Novel ini juga mengungkapkan kehidupan antara Kaum Pribumi dan Kaum Belanda.




7.      Identitas Karya
Judul                         : Salah Pilih
Pengarang                 : Nur Sutan Iskandar
Penerbit                     : Balai pustaka
Tahun terbit              : 1986
Cetakan                     : cetakan ke 11
Jumlah halaman        : 231 halaman

Sinopsis
Keluarga Ibu Mariati mengambil anak angkat bernama Asnah, yang mempunyai sifat yang baik sehingga ibu angkatnya sangat sayang kepadanya dan menganggapnya sebagai anaknya sendiri. Asnah adalah gadis cantik putra ST. penghulu yang tidak mematuhi adab negeri karena di negerinya seorang lelaki berkedudukan harus menikah lebih dari satu, tetapi St. Penghulu tidak melakukannya, akibatnya St. penghulu dikeluarkan dari keluarganya dan modal dari pihak St. Penghulu diambil kembali, sehingga St. Penghulu kehilangan penghasilan. Akhirnya St. penghulu meninggal dunia, disusul ibu Asnah yang meninggal karena sakit dada.
Asri adalah putra kandung Ibu Mariati yang berbudi tinggi juga berpendidikan. Asri anak yang pandai dan rajin. Mengingat Asri tidak mempunyai adik, maka kehadiran Asnah sangat menghibur dan merupakan teman sekaligus sahabat dalam berbagai cerita. Asnah bagi Asri adalah sahabat yang paling baik.
Asri sering pergi bersama ibunya dan Asnah. Mereka sering mendatangi “Rumah Berukir” di negeri, rumah kemenakan Tuanku Laras pension. Di situ ada seorang anak laki-laki dan dua orang perempuan. Si sulung bernama Rusiah sudah menikah dengan Sutan Sinoro, yang kedua bernama Kaharuddin dan Asri adalah sahabat dari Kaharuddin, anak yang bungsu adalah Saniah.
Semua orang di rumah berukir itu sangat teguh memegang adat istiadat. Rangkayo Saleah adik dari Tuanku Laras adalah ibu dari ketiga anak tersebut. Semenjak kecil sudah terbiasa disembah dan dihormati orang. Apalagi setelah menjadi istri Datuk Indomo, seorang penghulu terpandang dan kaya, dia semakin sombong dan menganggap orang lain rendah di matanya.
Keluarga besar Asri dan Saniah berencana menikahkan mereka berdua. Setelah menjadikan Saniah istrinya, kebahagiaan yang diharapkan Asri ternyata tidak dapat diperolehnya, bahkan terjadi permasalahan yang baru. Dengan latar belakang yang berbeda diantara mereka, rumah tangga itu selalu diwarnai pertengkaran hanya karena masalah sepele, apalagi jika menyangkut soal tata cara bergaul dan derajat sesama manusia,  tidak ada penyelesaian yang jelas. Saniah adalah orang yang sombong, angkuh, manja, dan mementingkan diri sendiri dan memandang rendah adat isitiadat orang kampung biasa dan senang bergaya seperti seorang bangsawan. Padahal Asri menginginkan seorang istri yang menghargai dirinya, pandai membawa perangainya, dan pandai menawan hatinya. Tetapi hal itu tidak ia temui dalam diri Saniah.
Demikian juga dengan Ibu Asri, dia sangat gelisah memikirkan perkawinan antara Asri dan Saniah, kesombongan menantunya sudah tidak dapat ditolerir. Yang lebih membuat pedih hati ibu Mariati adalah hubungan dengan masyarakat telah putus, karena tak seorangpun berani atang ke rumah “Gedang” tersebut untuk bermusyawarah,  karena menantunya Saniah, Asri dijauhi orang.
Hal yang sama juga dialami oleh Asnah, adik angkat Asri ia menjadi tempat sampah bagi kemarahan dan sakit hati Saniah, tetapi ia tidak pernah mengadu tentang hal itu kepada siapapun. Permasalahan-permasalahan yang tak kunjung ada penyelesaiannya membuat Ibu Mariati menderita sakit yang bertambah parah, hingga membuatnya meninggal dunia.
Setelah kepergian orang tua angkat, Asnah menjadi sangat sedih, dia merasa tempatnya berpijaknya sudah hilang. Kehadiran Engku Hasan Basri yang mempunyai maksud untuk memperisitri Asnah membuat suasana berbeda. Asnah yang bertanggung jawab kepada adik angkatnya menolak pinangan Engku Hasan Basri karena ia sudah telanjur jatuh cinta pada saudara angkatnya yaitu Asri.
Untuk menjaga kehormatan dan aib, Asnah mohon ijin kepada Asri untuk pergi dari rumah, Asripun mulai berani berterus terang kepada Asnah bahwa dia juga mencintai Asnah. Semenjak kepergian Asnah, rumah Gedang itu menjadi sepi. Saniah juga semakin sombong, dia semakin tidak menghormati dan menghargai suaminya. Dia selalu mencemooh apa dilakukan Asri untuk menyakiti hati Asri. Jika Asri melamun, dikatakannya ingat kepada Asnah, kalau terlambat pulang dari kantor dituduh pergi ke rumah Asnah. Kalau sudah di rumah tidak boleh keluar lagi biarpun hanya keluar untuk sholat di masjid. Jika hari libur Saniah selalu mencari akal agar suaminya tidak keluar rumah. Dia mengajaknya berkunjung ke rumah saudaranya Rusiah atau mengajak Asri berjalan-jalan untuk membeli perlengkapannya. Mula-mula Asri tidak mempermasalahkannya asalkan Saniah bahagia, tetapi harapannya sia-sia bahkan rumah tangganya semakin tidak nyaman, dia ingin mencari hiburan di luar rumah, kemudian dian mendirikan koperasi, rumah bersalin, bahkan Asri juga pimpinan sekolah partikulir. Asri senang karena telah memperoleh kepercayaan dari masyarakat kembali. Tetapi hal itu justru semakin memperkeruh suasanan dalam rumah tangganya, Saniah merasa tidak dipedulikannya lagi, hingga Saniah nekat pergi ke rumah orang tuanya tanpa sepengetahuan suaminya.
Sampai di rumah orang tuanya, Saniah bersama ibunya pergi ke rumah Kaharuddin di Padang dengan naik oto taksi yang melaju dengan kecepatan yang sangat tinggi. Ketika oto taksi yang berjalan kencang sudah meninggalkan tempat tinggal Saniah, tiba-tiba Saniah ingin berhenti sejenak dan melihat ke daerah di mana dia dan Asri tinggal, Saniah terharu, dia merasa berdosa telah meninggalkan suami dan sempat berucap dalam hatinya “Ampun, kanda suamiku ………… aku sudah sesat menempuh jalan hidup, ampuni kesalahanku, dosaku, ya, kakanda.” Oto taksi melanjutkan perjalan dengan sangat kencang hingga di sebuah tikungan oto itu terbalik dan masuk sungai yang kering airnya. Akibatnya kecelakaan itu Rangkayo Saleah, ibu Saniah meninggal di tempat kejadian, disusul dengan meninggalnya Saniah di rumah sakit tempat dia dirawat.
Setelah kematian Saniah, Asri membagikan segala pusaka milik istrinya ke pihak keluarga Saniah, dan sebagian diberikan ke masjid dan kepada fakir miskin. Untuk menghilangkan kesedihan hatinya, Asri meninggalkan kampung halamannya. Asri meningalkan kampung halamannya untuk bisa menikah dengan Asnah. Dibantu dengan Ibu Mariah yang mencarikan seorang kadi yang alim yang berpegang kepada Al-Qur’an dan Hadist, secara agama Asri dan Asnah diperbolehkan menikah tetapi secara adap dilarang karena sesuku.
Setelah menikah dengan Asnah, Asri membawanya pergi merantau. Asri merasa bahagia dan benar-benar menikmati kehidupan berumah tangga. Asnah adalah istri yang baik bagi Asri, baik dalam suka maupun duka.
Setahun lebih Asri merantau ke jawa tiba-tiba Asri mendapat surat dari negerinya dan disuruh pulang untuk diangkat menjadi kepala negeri. Semua tokoh masyarakat berjanji memperbaiki dan mengharumkan nama Asri dan Asnah sebagai pasangan ideal suami istri, tentu saja hal itu disambut dengan suka cita, lebih-lebih dapat melanjutkan cita-citanya yang terbengkalai





Analisis
·         Tokoh

1.      Asnah
2.      Asri
3.      Saniah
4.      Mariati
5.      Sitti Maliah
6.      Rangkayo Saleah
7.      Rusiah
8.      Dt. Indomo
9.      Kaharuddin
10.  Mariah
11.  St. Bendahara

·         Alur
novel ini menggunakan alur maju
·         Latar
-          Latar tempat
Minangkabau, Sumatera Barat, di Maninjau, Sungaibatang, Bayur, dan Bukittinggi, sebagian juga mengambil latar di Pulau Jawa.
-          Latar waktu
Terjadi saat Asnah diangkat anak oleh Ibu Mariati hingga dia menikah dengan Asri dan hidup bahagia di tanah Minang.
-          Latar sosial
Permasalahan yang diangkat dalam novel ini mungkin tidak biasa ada di sekitar kita yaitu perasaan saudara tiri yang saling mencintai dan akhirnya menikah.

8.      Identitas Karya
Judul                         : Siti Nurbaya
Pengarang                 : Marah Rusli
Penerbit                     : Balai Pustaka
Tahun terbit              : 1990
Cetakan                     : cetakan ke 20
Jumlah halaman        : 271 halaman

Sinopsis
Ibunya meninggal saat Siti Nurbaya masih kanak-kanak, mulai saat itulah awal penderitaan hidupnya. Sejak kecil sampai dewasa tinggal bersama Baginda Sulaiman, ayah yang sangat disayanginya. Ayahnya adalah seorang pedagang yang terkemuka di kota Padang. Sebagian modal usahanya merupakan uang pinjaman dari seorang rentenir bernama Datuk Maringgih. Awalnya usaha Baginda Sulaiman sukses. Tetapi Datuk maringgih tidak menyukai kemajuan usaha Baginda Sulaiman. Maka untuk melampiaskan ketidaksukaannya pada Baginda Sulaiman Datuk Maringgih menyuruh anak buahnya membakar semua kios milik Baginda Sulaiman. Baginda Sulaiman jatuh miskin dan tak sanggup membayar hutang-hutangnya pada Datuk Maringgih. Dan inilah kesempatan yang dinanti-nantikannya. Datuk Maringgih mendesak Baginda Sulaiman yang sudah tak berdaya agar melunasi semua hutangnya. Hutang tersebut dianggap lunas, asalkan Baginda Sulaiman mau menyerahkan Siti Nurbaya, puterinya, kepada Datuk Maringgih untuk dijadikan istri. Menghadapi kenyataan seperti itu Baginda Sulaiman yang memang sudah tak sanggup lagi membayar hutang-hutangnya tidak menemukan pilihan lain selain yang ditawarkan oleh Datuk Maringgih.
Siti Nurbaya menangis karena dirinya yang cantik dan muda harus menikah dengan Datuk Maringgih yang tua dan jelek. Lebih sedih lagi ketika ia teringat Samsulbahri, sahabat yang kemudian menjadi kekasihnya yang sedang sekolah di stovia, Jakarta. Sebenarnya dia tidak mau menikah dengan datuk maringih tetapi demi keselamatan dan kebahagiaan ayahanya ia mau mengorbankan dirinya dengan menikah dengan Datuk Maringih.
Samsulbahri yang berada di Jakarta mengetahui peristiwa yang dialami Siti nurbaya karena Siti Nurbaya mengirimkan surat yang menceritakan tentang nasib yang dialami keluarganya. Pada suatu hari saat Samsulbahri kembali ke Padang, ia dapat bertemu dengan Siti Nurbaya yang sudah resmi menjadi istri Datuk Maringgih. Datuk Maringgih mengetahui pertemuan itu sehingga terjadi keributan. Teriakan Siti Nurbaya terdengar oleh ayahnya yang tengah terbaring karena sakit keras. Baginda Sulaiman berusaha bangkit, tetapi akhirnya jatuh tersungkur dan menghembuskan nafas terakhir.
Mendengar itu, ayah Samsulbahri yaitu Sultan Mahmud malu atas perbuatan anaknya. Kemudian menyuruh Samsulbahri kembali ke Jakarta dan ia berjanji untuk tidak kembali lagi ke Padang. Datuk Maringgih juga tidak tinggal diam, karena Siti Nurbaya diusirnya.
Siti Nurbaya yang mendengar bahwa kekasihnya diusir orang tuanya, timbul niatnya untuk pergi menyusul Samsulbahri ke Jakarta. Tetapi niatnya itu diketahui oleh kaki tangan Datuk Maringih. Datuk Maringgih dengan bantuan kaki tangannya dapat memaksa Siti Nurbaya kembali ke rumah dengan bantuan polisi.
Datuk Maringih melakukan berbagai cara untuk mencelakakan Siti Nurbaya, dia menyuruh seseorang menjual lemang pada Siti Nurbaya. Tak lama kemudian Siti Nurbaya meninggal dunia karena memakan lemang beracun yang sengaja diberikan oleh kaki tangan Datuk Maringgih. Kematian Siti Nurbaya itu terdengar oleh Samsulbahri. Ia menjadi putus asa dan mencoba melakukan bunuh diri. Tetapi dia tidak meninggal. Sejak saat itu Samsulbahri tidak meneruskan sekolahnya dan memasuki dinas militer.
Sepuluh tahun kemudian, diceritakan di kota Padang terjadi huru-hara dan tindak kejahatan akibat ulah Datuk Maringgih dan orang-orangnya. Samsulbahri yang telah berpangkat Letnan dikirim untuk melakukan pengamanan. Samsulbahri yang mengubah namanya menjadi Letnan Mas segera menyerbu kota Padang. Ketika bertemu dengan Datuk Maringgih dalam suatu keributan tanpa berpikir panjang lagi Samsulbahri menembaknya. Datuk Maringgih jatuh tersungkur, namun sebelum tewas ia sempat membacok kepala Samsulbahri dengan parangnya.
Samsulbahri alias Letnan Mas segera dilarikan ke rumah sakit. Pada saat-saat terakhir menjelang ajalnya, ia meminta dipertemukan dengan ayahandanya. Tetapi ajal lebih dulu merenggut sebelum Samsulbahri sempat bertemu dengan orangtuanya.

Analisis
·         Tokoh

 1) Samsul Bahri.
2) Siti Nurbaya
3) Datuk Maringgih
4)  Sultan Mahmud Syah
5) Siti Maryam
6) Baiginda Sulaeman.
7) Zainularifin
8) Bakhtiar
9) Alimah
10)  Pak Ali
11)  Pendekar Tiga
12)  Pendekar Empat
13)  Penekar Lima
14) Dokter



·         Alur
 novel ini mengunakan alur maju
·         Latar
-          Lata tempat : di sekolah, di kota Padang,di kota Jakarta, di Kebun Kelapa, di rumah, di halaman rumah, di kantor pos
-          Latar waktu : sekitar tahun 1920an
-          Latar sosial : novel ini kental dengan suasana rentenir dan tuan tanah yang terjadi pada tahun 1920an.

9.      Identitas Karya
Judul                         : Ketika Cinta Bertasbih
Pengarang                 : Habiburrahman El Shirazy
Penerbit                     : Republika basmalah
Tahun terbit              : 2007
Cetakan                     : cetakan ke 1
Jumlah halaman        : 477 halaman

Sinopsis
Azzam adalah seorang pemuda sederhana yang memilih untuk menuntut ilmunya di Al Azar, Cairo. Azzam dikenal sebagai sosok yang tegas dan dewasa. Dia sangat memegang teguh prinsip-prinsip Islam dalam kehidupan sehari-harinya. Di kalangan teman-temannya pun Azzam menjadi panutan dan sosok yang bisa diandalkan.
Setelah bapaknya meninggal, sebagai anak tertua dalam keluarganya, dialah yang menanggung kehidupan keluarganya di Solo. Oleh karena itu, selain sebagai mahasiswa, dia juga bekerja keras sebagai pembuat tempe dan bakso untuk menghidupi ibu dan adik-adik perempuannya di Indonesia serta kehidupannya sendiri di Cairo. Bahkan Azzam, rela meninggalkan kuliahnya untuk sementara dan lebih berfokus untuk mencari rezeki. Meski terkadang ada rasa iri melihat teman-teman satu angkatannya yang sudah terlebih dahulu lulus, bahkan ada yang hampir menyelesaikan S2-nya tapi Azzam segera sadar kalau dia tidak sama dengan teman-temannya yang lain. Azzam lebih dikenal sebagai tukang tempe di kalangan mahasiswa Indonesia yang sedang kuliah di Al Azhar.
          Azzam juga sering mendapatkan undangan dari duta besar Indonesia yang ada di Mesir untuk memenuhi kebutuhan konsumsi pada acara-acara kebesaran. Jadi, selain terkenal di kalangan mahasiswa sebagai tukang tempe, Azzam juga terkenal di kalangan para duta besar.
            Saat bekerja itulah Azzam mengenal sosok Eliana. Eliana adalah sosok yang sempurna secara fisik. Putri duta besar, cantik, dan lulusan Universitas di Jerman. Akan tetapi, prinsip-prinsi keislaman yang Azzam pegang teguh membuat Azzam mampu menepis perasaannya.
Saat bekerja Azzam secara tidak sengaja bertemu dengan Anna Althafunnisa. Dialah perempuan  yang memikat hatinya dan hendak ia lamar. Namun, status sosialnya membuat Azzam ditolak. Yang lebih mencengangkan Azzam adalah Anna justru menerima lamaran dari Furqan, sahabat Azzam sendiri yang memiliki status sosial lebih tinggi daripada Azzam.    
            Pernikahyan Anna dan Furqan berlangsung dan mereka hidup dengan baik. Begitu juga pada Azzam, setelah Anna menikah, ibunya menyuruh agar Ia segera mencari pasangan hidup, dan Azzam pun mencari pendampingnya. Banyak wanita yang sudah dilamarnya, tapi selalu ada saja yang tidak cocok untuk dirinya, hingga suatu saat lamaran diterima seorang wanita dan hampir terjadi akad, harus terputus karena suatu kecelakaan yang menyebabkan Ibunya meninggal dan Ia lumpuh untuk beberpa waktu yang cukup lama.
          Selam 6 bulan Anna dan Furqan menjalani kehidupan rumah tangga yang sedikit lain, meskipun mereka sudah menjadi suami istri tetapi Furqon belum pernah melaksanakan tugasnya sebagai suami karena dia divonis menderita HIV ssaat tinggal di mesir. Saat itu juga hubungan mereka retak, Furqan menceritakan pada Anna bahwasanya dia terkena HIV karena itu juga Ia tidak pernah menyentuh Anna, sehingga akhirnya Ia terpaksa memberi kebebasan untuk Anna (cerai).
          Ana kembali ke rumah orang tuanya, Azzam yang lumpuh setelah kecelakaan itu telah sembuh seperti semula, Ia mendatangi kiai Lutfi mohon bantuan mencarikan jodoh yang tepat sesuai permintaan Ibunya dulu. Kiai Lutfi lalu menceritakan seorang wanita yang dicerai suaminya karena suatu hal dan wanita itu masih perawan, yang diharapkan kiai Lutfi sendiri agar dapat diterima Azzam. Tanpa disadari Azzam Ia menerima tawaran Kiai Lutfi, agar menerima wanita itu menjadi istrinya, Azzam sangat senang begitu tahu kalau wanita yang diceritakan itu adalah orang yang pernah dicintainya yaitu Anna Althafunnisa, begitu juga sebaliknya Anna sangat senang karena Ia juga menjadi istri dari orang yang dulu sangat diharapkannya, atau cinta pertamanya.
          Setelah sebulan pernikahan Anna dengan Azzam, tiba-tiba Furqan kembali menghubungi Anna dan membawa rujukan, dan Ia menceritakan bahwa Ia tidak terkena HIV. Tapi semua sudah terjadi Anna dan Azzam sudah bahagia, dan mereka mendoakan agar Furqan menemukan pasangan hidup yang cocok untuk nya.

Analisis
·         Tokoh

1.      Khairul Azzam
2.      Anna Althafunnisa
3.      Eliana Alam
4.      Furqan Andi Hasan
5.      Ayatul Husna
6.      Muhammad Ilyas
7.      Ibu Azzam
8.      Kiai Lutfi
9.      Pak   Ali
10.  Pak Alam
11.  Nasrul


·         Alur
novel ini menggunakan alur maju
·         Latar
-          Latar tempat: Kairo, Mesir, Indonesia, Desa Kartasura, Desa Wangen jawa.
-          Latar waktu : Cerita ini berlangsung ketika Azzam mulai menuntut ilmu di Universitas Al Azhar, Cairo.
-          Latar Sosial: Cerita ini mengangkat sosial masyarakat Mesir yang kental sekali dengan nuansa islam dan para mahasiswa Indonesia. Dalam novel ini dijelaskan dengan detail aktifitas para mahasiswa dalam menuntut ilmu di Al Azhar.


10.  Identitas Karya
Judul                           : Ripin (kumpulan cerpen)
Pengarang                   :
1.    Ripin                                                               karya               Ugaran Prasad
2.    Laut lepas kita pergi                                        karya               Kurnia Effendi
3.    Caronang                                                         karya               Eka Kurniawan
4.    Ibu pergi ke laut                                              karya               Puthut EA
5.    Jejak yang kekal                                              karya               Gus tf Sakai
6.    Nistagmus                                                       karya               Danarto
7.    Mata sultani                                                    karya               Adek Alwi
8.    Bocah-bocah berseragam biru laut                  karya               Puthut EA
9.    Rumah hujan                                                   karya               Dewi ria utari
10.                        Sayap kabut sultan ngamid                             karya               Triyanto Triwikromo
11.                        Mata mungil yang menyimpan dunia              karya               Agus Noor
12.                        Sumur                                                              karya               Gus tf Sakai
13.                        Air                                                                   karya               Djenar Maesa Ayu
14.                        Piknik                                                              karya               Agus Noor
15.                        Gerobak                                                          karya               Seno Gumira Ajidarma
16.                        Malaikat tanah asal                                         karya               Triyanto Triwikromo

Penerbit                     : Kompas
Tahun terbit              : 2007
Cetakan                     : cetaka pertama
Jumlah halaman        : 112 halaman

Sinopsis cerpen “Ibu Pergi ke Laut”
Cerpen ini menceritakan tentang seorang gadis balita yang ditinggal mati ibunya saat tsunami aceh datang. Sang ayah bingung bagaimana cara memberitahu anaknya bahwa ibunya telah meninggal. Sang ayah membiarkan anaknya berpikir bahwa ibunya pergi ke laut menolong orang-orang yang tenggelam di laut dan suatu saat ibunya akan pulang. Begitu jawab sang ayah jika ditanya anaknya. Hingga suatu saat sang anak berfikir ingin mengirim surat pada ibunya, kalau dia tidak bisa bertemu ibunya paling tidak di bisa mengirim surat pada ibunya. Karena dia belum bisa menulis, maka di ameminta temannya untuk menulis kan surat untuk ibunya. Kemudian setelah surat itu jadi, temannya menyarankan agar menghanyutkan surat itu ke sungai, karena setiap sungai akan bermuara ke laut dan tentunya akan sampai ke ibunya yang berada di laut. Selesai mengirimkan surat, sang anak menceritakan apa yang baru saja dilihat pada ayahnya. Ayahnya ingin menangis saat anaknya bilang ibu akan membalas suratnya lewat hujan.

Analisis
·         Tokoh
1.      Dinda
2.      Teman dinda
3.      Ayah
·         Alur 
cerpen ini menggunakan alur campuran
·         Latar
-          Latar tempat: di rumah dinda, rumah teman dinda, di sungai, di laut.
-          Latar waktu: siang hari
-          Latar Sosial: cerpen ini mengangakat konflik sang ayah menghadapi anaknya yang masih di bawah umur yang ditinggal mat ibunya.


2 komentar:

  1. Kabar baik untuk Anda semua yang Anda butuhkan pinjaman untuk melunasi utang Anda, Anda perlu meminjam uang untuk meningkatkan komersialisasi organisasi Anda? Atau Anda ditolak kredit dari bank atau lembaga keuangan untuk satu atau lebih alasan, atau tidak? Anda perlu berbagi beban pinjaman atau hipotek? Anda memiliki lokasi yang tepat untuk utang Anda di sini! Emamllua pinjaman perusahaan pinjaman kepada orang-orang terkenal - dan terkenal.
    Manfaat yang rendah dan dapat diterima dari 2% tanpa colerteral.
    Silahkan hubungi kami di E-mail kami hari ini jika Anda perlu meminjam Email urget: Emamllualoanfirm@gmail.com

    BalasHapus